Marzuki, petani karamba ikan Nila di Desa Aro, Muarabulian,
Batanghari sukses dengan usahanya. Berkat kerja kerasnya, pria yang
akrab dipanggil Kindul itu kini memiliki ratusan unit kerambah
dibantaran Sungai Batanghari. Keberuntungan seseorang tidak akan berubah
tanpa dibarengi usaha, kerja keras serta
doa. Motto hidup itu benar-benar diterapkan Marzuki ketika menggeluti
usahanya. Berawal dari bantuan kerambah dari pemerintah Provinsi Jambi
melalui Dinas Perikanan dan Kelautan, Marzuki kini tengah berada di
puncak kesuksesan.
Dalam kurun waktu dua tahun, pria yang sehari-hari akrab disapa Kindul itu sudah memiliki 31 unit kerambah. Bahkan, dia sudah mampu membuka lapangan pekerjaan dengan merekrut tiga orang pemuda untuk dijadikan karyawannya.
“Awalnya saya menerima bantuan dua unit kerambah dari Dinas Perikanan Provinsi Jambi pada tahun 2009. Dua tahun kemudian, usaha saya berkembang menjadi 31 unit,” kata Marzuki, ketika ditemui di lokasi kerambah ikan nilanya, Senin (7/10).
Marzuki menyebut, seluruh kerambah miliknya berisi ikan nila. ikan nila dia pilih dengan alasan lebih cepat panen dibandingkan dengan ikan patin. Untuk satu kerambah, berukuran 3×4 meter, diisi dengan delapan ribu bibit nila. Dalam waktu empat bulan, ikan sudah bisa dipanen dengan berat rata-rata lima ons.
“Dalam satu bulan minimal delapan kerambah yang dipanen, hasil dari satu kerambah kalau dihitung bersih setelah gaji karyawan dan pakan ikan mencapai Rp 2 juta,” beber suami Teti itu.
Selain sibuk mengelola kerambah miliknya, Marzuki yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Rizki III selalu memperhatikan kesejateraan anggotanya. 20 orang anggota yang tergabung dalam Kelompok Tani Rizki III rutin diberikan subsidi pakan.
“Anggota saya juga sudah rata-rata sukses. Mereka yang semula hanya memiliki dua unit kerambah bantuan, saat ini sudah memiliki 4-6 unit kerambah,” jelas ayah Fifa dan Billi itu seraya mengusapkan keringat di wajahnya.
Usaha kerambah yang ditekuni Marzuki bersama kelompok taninya merupakan program Dinas Perikanan Provinsi Jambi yang berhasil di Kabupaten Batanghari. Keberhasilan Marzuki bahkan telah mendapat penghargaan pada 2010 lalu. Dia diajak Distributor Comfeed Jambi, Guantoyo, melakukan studi banding di tiga negara ASEAN: Singapura, Thailand dan Malaysia.
Selama mengunjungi tiga negara itu, Marzuki mendapatkan berbagai ilmu dalam mengembangkan usaha ikan khususnya ikan nila. Ilmu itu kemudian diaplikasikannya di Desa Aro, usahanya perlahan meningkat dari 31 unit menjadi 100 unit di tahun 2012.
“Kalau saat ini kerambah saya sudah lebih dari 100 unit, ini tidak lepas dari studi banding keluar negeri,” bebernya.
Usaha perikanan di luar negeri berbeda jauh dengan yang ada di dalam negeri. Petani ikan di luar negeri sangat memperhatikan aspek yang berhubungan dengan budidaya ikan, mulai dari kerambah, pakan dan pemasaran.
“Pokoknya jauh beda dengan yang ada di dalam negeri,” sebutnya.
Usaha budidaya ikan nila di bantaran Sungai Batanghari telah membuat ekonomi Marzuki jauh lebih baik dari sebelumnya. Bayangkan saja, dari satu unit kerambah saja, dia bisa mendapat keuntungan bersih dua juta rupiah. Kalau dikalikan 100 unit saja, Marzuki akan mendapat keuntungan dua ratus juta rupiah.
Saat ini, bapak tiga anak itu sedang membangun gudang yang nantinya akan diisi dengan pakan ikan. Gudang pakan itu didirikan Marzuki tepat di simpang tiga Pasar Aro. Pembangunan gudang pakan ikan beton itu menelan dana Rp 100 juta lebih.
Selain itu, Marzuki kini telah memiliki dua unit mobil. Mobil pertama yang dibelinya berjenis Honda CRV, kemudian mobil kedua berjenis Carry Pickup yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ikan nila.
Selanjutnya, ikan nila hasil panen dari kerambah kemudian dibawa ke pasar Keramat Tinggi untuk dijual. Marzuki saat ini juga telah memiliki lapak ikan sendiri tempat pekerjanya berjualan.
Marzuki secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Provinsi Jambi yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat Desa Aro berupa kerambah ikan. Kepada Pemkab Batanghari dia berharap diberikan bantuan modal berupa pinjaman untuk membangun pusat nila di Kabupaten Batanghari.
Tujuannya, agar para petani kerambah ikan mampu mengembangkan jumlah kerambah sekaligus untuk mengatasi angka pengangguran
Dalam kurun waktu dua tahun, pria yang sehari-hari akrab disapa Kindul itu sudah memiliki 31 unit kerambah. Bahkan, dia sudah mampu membuka lapangan pekerjaan dengan merekrut tiga orang pemuda untuk dijadikan karyawannya.
“Awalnya saya menerima bantuan dua unit kerambah dari Dinas Perikanan Provinsi Jambi pada tahun 2009. Dua tahun kemudian, usaha saya berkembang menjadi 31 unit,” kata Marzuki, ketika ditemui di lokasi kerambah ikan nilanya, Senin (7/10).
Marzuki menyebut, seluruh kerambah miliknya berisi ikan nila. ikan nila dia pilih dengan alasan lebih cepat panen dibandingkan dengan ikan patin. Untuk satu kerambah, berukuran 3×4 meter, diisi dengan delapan ribu bibit nila. Dalam waktu empat bulan, ikan sudah bisa dipanen dengan berat rata-rata lima ons.
“Dalam satu bulan minimal delapan kerambah yang dipanen, hasil dari satu kerambah kalau dihitung bersih setelah gaji karyawan dan pakan ikan mencapai Rp 2 juta,” beber suami Teti itu.
Selain sibuk mengelola kerambah miliknya, Marzuki yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Rizki III selalu memperhatikan kesejateraan anggotanya. 20 orang anggota yang tergabung dalam Kelompok Tani Rizki III rutin diberikan subsidi pakan.
“Anggota saya juga sudah rata-rata sukses. Mereka yang semula hanya memiliki dua unit kerambah bantuan, saat ini sudah memiliki 4-6 unit kerambah,” jelas ayah Fifa dan Billi itu seraya mengusapkan keringat di wajahnya.
Usaha kerambah yang ditekuni Marzuki bersama kelompok taninya merupakan program Dinas Perikanan Provinsi Jambi yang berhasil di Kabupaten Batanghari. Keberhasilan Marzuki bahkan telah mendapat penghargaan pada 2010 lalu. Dia diajak Distributor Comfeed Jambi, Guantoyo, melakukan studi banding di tiga negara ASEAN: Singapura, Thailand dan Malaysia.
Selama mengunjungi tiga negara itu, Marzuki mendapatkan berbagai ilmu dalam mengembangkan usaha ikan khususnya ikan nila. Ilmu itu kemudian diaplikasikannya di Desa Aro, usahanya perlahan meningkat dari 31 unit menjadi 100 unit di tahun 2012.
“Kalau saat ini kerambah saya sudah lebih dari 100 unit, ini tidak lepas dari studi banding keluar negeri,” bebernya.
Usaha perikanan di luar negeri berbeda jauh dengan yang ada di dalam negeri. Petani ikan di luar negeri sangat memperhatikan aspek yang berhubungan dengan budidaya ikan, mulai dari kerambah, pakan dan pemasaran.
“Pokoknya jauh beda dengan yang ada di dalam negeri,” sebutnya.
Usaha budidaya ikan nila di bantaran Sungai Batanghari telah membuat ekonomi Marzuki jauh lebih baik dari sebelumnya. Bayangkan saja, dari satu unit kerambah saja, dia bisa mendapat keuntungan bersih dua juta rupiah. Kalau dikalikan 100 unit saja, Marzuki akan mendapat keuntungan dua ratus juta rupiah.
Saat ini, bapak tiga anak itu sedang membangun gudang yang nantinya akan diisi dengan pakan ikan. Gudang pakan itu didirikan Marzuki tepat di simpang tiga Pasar Aro. Pembangunan gudang pakan ikan beton itu menelan dana Rp 100 juta lebih.
Selain itu, Marzuki kini telah memiliki dua unit mobil. Mobil pertama yang dibelinya berjenis Honda CRV, kemudian mobil kedua berjenis Carry Pickup yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ikan nila.
Selanjutnya, ikan nila hasil panen dari kerambah kemudian dibawa ke pasar Keramat Tinggi untuk dijual. Marzuki saat ini juga telah memiliki lapak ikan sendiri tempat pekerjanya berjualan.
Marzuki secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Provinsi Jambi yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat Desa Aro berupa kerambah ikan. Kepada Pemkab Batanghari dia berharap diberikan bantuan modal berupa pinjaman untuk membangun pusat nila di Kabupaten Batanghari.
Tujuannya, agar para petani kerambah ikan mampu mengembangkan jumlah kerambah sekaligus untuk mengatasi angka pengangguran
Blogger Comment
Facebook Comment