Ikan gurami merupakan ikan asli Asia Tenggara yang penyebarannya
meliputi beberapa wilayah Indonesia seperti Pulau Jawa, Sumatra &
Kalimantan. Pada habitat awalnya ikan ini merupakan asli sungai ataupun
rawa, ikan gurami merupakan herbivora atau pemakan daun-daunan, dan
termasuk ikan yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirint.
Ikan gurami terkenal dengan pertumbuhan yang lambat sehingga hal ini
memberikan peluang bagi para pembudidaya untuk lebih mengembangkan cara
budidaya yang baik, praktis dan efisien untuk mempercepat laju
pertumbuhan ikan gurami. Kegiatan pemeliharaan ikan gurami terbagi atas
segmentasi pemeliharaan yang panjang, mulai dari proses pemijahan yang
menghasilkan telur hingga proses pendederan mencapai beberapa tahapan
pendederan.
MORFOLOGI INDUK BETINA DAN INDUK JANTAN
URAIAN BETINA JANTAN
Dahi Tidak ada Penonjolan Ada Penonjolan
Dasar Sirip Gelap/Kehitaman Terang
Dada
Tutup Insang Putih Kecoklatan Kekuningan
Sirip Ekor Ujung sirip ekor Ujung sirip
tampak rata,bila
tampak melengkung &
tdk bergerak ditidurkan
bergerak-gerak k atas
Induk Gurami Betina |
Induk Gurami Jantan |
PEMILIHAN INDUK SIAP PIJAH
Ciri-ciri induk jantan siap pijah adalah adanya benjolan di kepala
bagian atas, rahang bawah yang tebal, dan tidak adanya bintik hitam pada
kelopak sirip dada. Warna tubuhnya memerah berbintik hitam terang
dengan perut membentuk sudut tumpul, bila bagian perut ditekan akan
mengeluarkan sperma berwarna putih. Sedangkan induk betina yang siap
pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah
tipis, dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuh
lebih terang dan bentuk perutnya besar bulat, bila bagian perut ditekan
kearah kelamin akan mengeluarkan telur berwarna putih.
PEMIJAHAN
Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan.
Kolam pemijahan merupakan kolam khusus yang ukurannya tergantung jumlah
induk yang dimiliki, ukuran minimumya 20 m2 dan maksimum dapat mencapai
1000 m2 dengan kedalaman ideal 0,8 m - 1,5 m. Kolam induk sebaiknya
dekat dengan kolam pemijahan sehingga memudahkan proses pemindahan induk
ikan. Padat tebar induk ikan gurami diusahakan 1 ekor induk ikan yang
bobotnya 3-5 kg per ekor sebaiknya memiliki areal untuk bergerak bebas
seluas 5 m2. Penebaran induk dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan
yang bobotnya mencapai 3-5 kg dan 3 ekor betina yang bobotnya minimal 3
kg.
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung yang diawali 1 minggu pertama
induk jantan telah memulai membuat sarang, lamanya membuat sarang lebih
kurang 6 hari kemudian induk betina yang sudah siap pijah memiliki
naluri akan segera berpijah setelah sarangya siap, terjadinya proses
pemijahan selama 2-3 hari, induk betina segera mengeluarkan
telur-telurnya dan secara bersamaan pula induk jantan menyemprotkan
sperma dan terjadi proses pembuahan telur oleh sperma jantan. Proses
perkawinan akan diakhiri apabila jantan telah menutup sarang, dengan
ijuk atau sejenisnya. Keberhasilan proses pemijahan dapat diamati pula
dengan melihat pemukaan kolam yang ada sarang guraminya terlihat keluar
banyak minyak dipermukaan air dan tecium bau amis.
PENETASAN TELUR
Pengambilan sarang yang berisi telur dilakukan secara berhati-hati
dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang dan sebaiknya
sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa ember
atau baskom yang berisi air dan diberi Metheline Blue dengan
perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air. Selanjutnya sarang dan ember
tersebut dibawa ke tempat penetasan.
Penetasan dapat dilakukan di dalam paso atau baskom maupun di dalam
akuarium. Air di dalam baskom atau akuarium diberi aerasi atau supplay
oksigen dan setiap hari dilakukan pengambilan telur-telur yang tidak
menetas atau berjamur supaya tidak menular ke telur yang sehat. Biasanya
telur gurami akan menetas setelah 36-41 jam.
PEMELIHARAAN LARVA
Setelah telur menetas, larva dapat dipelihara dalam paso atau baskom
selama 8-10 hari sampai kuning telur habis. Bila penetasan dilakukan di
dalam akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama
pemeliharaan di akuarium, penggantian air perlu dilakukan untuk
membersihkan air dari minyak yang dihasilkan saat penetasan. Suhu
dipertahankan pada kisaran 29-30 derajat celcius.
Pemindahan larva dari lokasi penetasan ke lokasi pembesaran / pendederan
dapat dilakukan dengan menggunakan baskom atau ember. Larva dimasukkan
ke dalam ember bersama air dari tempat penetasan sehingga larva tidak
stres. Sebaiknya pemindahan ke kolam atau tempat pendederan dilakukan
pada pagi atau sore hari dimana pebedaan suhu antara air media penetasan
dan air media pendederan atau kolam tidak begitu mencolok.
PEMBERIAN PAKAN
Pakan mulai diberikan setelah larva berumur 8-10 hari atau setelah
kuning telur habis. Pakan yang diberikan adalah pakan alami yang bisa
berupa artemia, kutu air berupa daphina atau moina, cacing sutera. Jenis
pakan yang diberikan ini disesuaikan dengan bukaan mulut larva.
Frekuensi pemberian sebanyak 4-5 kali sehari.
Untuk larva yang dipelihara di akuarium, pemberian pakan dapat diberikan
sebanyak 2 sendok makan untuk 1000 ekor larva setiap pemberian. Ketika
sudah semakin besar, kepadatan larva dalam satu akuarium dapat
dikurangi. Larva yang dipelihara dalam akuarium selanjutnya dipelihara
hingga menjadi benih yang siap ditebarkan ke kolam pemeliharaan benih.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM USAHA PEMBENIHAN IKAN GURAMI
Berikut ini beberapa permasalahan yang sering ditemui dalam usaha pembenihan ikan gurami :
1. Induk Malas Memijah
Induk gurami yang telah matang gonad kadang-kadang tidak mau
memijah. Hal ini sebagian besar diakibatkan karena kondisi lingkungan
kolan yang tidak nyaman bagi indukan atau indukan belum benar-benar
matang gonad. Cara mengatasinya adalah dengan memijahkan induk yang
benar-benar telah matang gonad dan kolam pemijahan jangan terlalu padat,
cukup 40 ekor/1000 m2 atau bisa juga dengan perbandingan 3 betina : 1
jantan untuk kolam dengan ukuran 4m x 3m.
2. Jumlah Telur Sedikit
Hal ini bisa disebabkan oleh umur induk yang terlalu muda. Untuk
mengatasinya adalah dengan menggunakan induk jantan yang telah berumur 4
tahun dan induk betina yang berumur 3 tahun.
3. Telur Tidak Menetas
Telur yang tidak menetas bisa disebabkan oleh kualitas induk yang
kurang bagus dan penanganan sarang yang salah sehingga telur mati. Hal
ini dapat diatasi dengan penggunaan induk yang kualitasnya benar-benar
memenuhi syarat sehingga telur yang dihasilkan bagus mutunya dan tidak
mengangkat baskom atau ember begitu saja akan tetapi sarang diangkat
bersama dengan air kolam pemijahan agar telur tidak terkontaminasi
dengan udara luar.
4. Tubuh Benih Berwarna Hitam
Kondisi ini disebabkan oleh gangguan velvet yang menyebabkan kulit
benih menjadi berwarna gelap dan berlendir. Pemicunya adalah karena suhu
air penetasan terlalu rendah. Hal ini dapat diatasi dengan pemasangan
pemanas atau heater untuk menjaga suhu air media penetasan tetap pada
kisaran yang sesuai.
Blogger Comment
Facebook Comment