|
6.1. |
Penyiapan Bibit
- Tahapan dalam kultur Phytoplankton sebelum
dibudidayakan :
1) |
Koleksi
Bertujuan untuk mendapatkan satu/beberapa jenis
phytoplankton dari alam untuk dikultur secara
murni. Koleksi diperoleh dari alam dengan menggunakan
plankton net dan dijaga tetap hidup sampai di
laboratorium. |
2) |
Isolasi
Dapat dilakukan dengan cara: (1) Metode Isolasi
secara Biologis, dengan menggunakan pengaruh
sifat phototaksis organisme yang akan diisolasi;
(2) Metode Isolasi Pengenceran Berseri, digunakan
bila jumlah jenis organisme banyak dan ada spesies
dominan, memindahkan sampel ke dalam beberapa
tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan
yang akan diisolasi; (3) Metode Isolasi pengulangan
Sub Kultur, hampir sama dengan Metode Isolasi
Pengenceran Berseri, tapi jumlah dan jenis organisme
yang terkumpul sedikit; (4) Metode Isolasi Pipet
Kapiler, dimana sampel 10-15 tetes diteteskan
di tengah cawan petri, dan sekelilingnya ditetesi
6-8 tetes medium; dan (5) Metode Isolasi Goresan,
untuk mengisolasi phytoplankton tunggal dengan
menggunakan media agar-agar. |
- Infusoria
1) |
Bibit diambil dari alam menggunakan
pipet panjang dan berujung halus, selanjutnya
diperiksa di mikroskop. |
2) |
Penangkaran bibit dapat menggunakan
media air rebusan 70 gram jerami dalam air suling
selama 15 menit. Setelah dingin, disaring dan
diencerkan sampai volumenya 1,5 liter. |
3) |
Media yang dapat digunakan selain
jerami adalah kacang panjang, kacang hijau,
dan daun selada. |
4) |
Ambil 10 ml medium dan diencerkan
dalam cawan petri yang ditutup kain sutra dan
disimpan di tempat gelap pada suhu 28 derajat
C selama 1-2 minggu. |
- Brachionus
1) |
Bibit diambil dari alam. |
2) |
Air medium yang digunakan adalah
air rebusan kotoran kuda/pupuk kandang lainnya,
yaitu 800 ml kotoran kering dalam 1 liter air
selama 1 jam. Setelah dingin, disaring dan diencerkan
dengan air hujan yang telah direbus dengan perbandingan
1 : 2. |
3 |
Air medium dimasukkan dalam botol
1 galon dan ditulari bibit Protozoa dan ganggang
renik sebagai makanan Brachionus selama 7 hari.
1-2 minggu kemudian Brachionus akan tumbuh. |
4) |
Cara lain adalah menularkan bibit
ke dalam medium air hijau yang berisi phytoplankton. |
- Kutu Air
1) |
Bibit dapat diperoleh
dari panti pembenihan udang/ikan, Balai Budidaya
Air Tawar milik pemerintah. |
2) |
Penangkaran bibit dari alam dilakukan
dengan cara memberi pupuk pada media dengan
pupuk kandang 1-2 kali seminggu sebanyak 0,2
kg/m2. |
- Artemia
1) |
Bibit dapat berasal
dari telur kering yang sudah dikalengkan. Dalam
hal ini dapat berhubungan dengan Dinas Perikanan
Daerah setempat, Direktorat Jendral Perikanan
Jakarta, atau Balai Budidaya Air Payau Jepara
(Jawa Tengah). Di Jakarta sudah ada badan usaha
yang melayani kebutuhan telur Artemia, yaitu
PT. Ulam Dedana, Jl. Hayam Wuruk no. 4-PX, telepon
352922-357563. |
2) |
Penetasan telur Artemia dilakukan
di wadah bening dengan dasar berbentuk kerucut,
dengan ukuran 3-75 liter. Wadah dapat dibuat
sendiri dari kantong plastik 3-5 liter, yang
dilapisi dengan kertas plastik kaca dan disetrika
untuk melekatkannya. |
3) |
Air media diperoleh dari pengenceran
air laut (30 permil) sampai kadar garamnya 5
permil dan ditambahi NaHCO3 2 gram/liter agar
pH-nya 8-9. |
4) |
Atau air tiruan (kadar garam 5
permil) yang dapat dibuat dari beberapa bahan
kimia, yaitu : -
Garam dapur NaCl = 5 gram -
Magnesium sulfat MgSO4 = 1,3 gram -
Magnesium klorida MgCl2 = 1 gram -
Kalsium klorida CaCl2 = 0,3 gram -
Kalium klorida KCl = 0,2 gram -
Natrium hidrokarbonat NaHCO3 = 2 gram -
Air tawar = dijadikan 1 liter
MgSO4, KCl, NAHCO3 dilarutkan dalam air panas
secara terpisah sebelum digunakan. |
5) |
Telur-telur yang akan ditetaskan
direndam dalam air tawar selama 1 jam, kemudian
disaring dengan kain saringan 125 mikron, sambil
disemprot air, dan ditiriskan. |
6) |
Kondisi yang mendukung penetasan
telur, yaitu : suhu 25-30 derajat C, kadar O2
> 2 mg/liter ,penyinaran dengan lampu neon
dengan kekuatan cahaya 1000 luks (60 watt 2
buah sejauh 20 cm dari dinding wadah). |
7) |
Telur menetas menjadi nauplius
setelah 24-36 jam, dan harus ditangkap paling
lambat 24 jam sejak menetas. Anak Artemia disedot
dengan slang plastik kecil dan ditampung dengan
saringan 125 mikron, kemudian dicuci. |
- Jentik-jentik Nyamuk
1) |
Telur nyamuk dapat
diperoleh dengan menggunakan wadah berdiameter
30 cm dan diisi air leri sedalam 10-30 cm dan
diletakkan di tempat yang banyak nyamuknya.
Wadah diberi atap setinggi 10 cm. |
2) |
2-3 hari kemudian akan terbentuk
selaput tipis di permukaan. Telur-telur yang
dilepaskan induk akan saling menempel sampai
panjangnya 0,5-1,5 cm. |
3) |
Telur diambil dengan lidi yang
salah satu sisinya diratakan. |
- Cacing Tubifex
Bibit diambil dari perairan alam.
- Ulat Hongkong
Bibit untuk pertama kali dapat diperoleh dari pedagang
burung ocehan. Selanjutnya bibit dapat diambil dari
tempat penangkaran sebelum berubah jadi kepompong.
|
|
6.2. |
Bahan-Bahan Untuk Pakan Buatan
- Bahan Hewani
a) |
Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah
(tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak
rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan
difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan
bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan.
Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih
dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta
dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan
asam amino essensial yang paling essensial sampai
8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%;
Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5–
3. Cara
pembuatannya:
1. Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung,
lalu diperas.
2. Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil
minyaknya.
3. Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi
tepung. |
b) |
Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan
bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak
kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada
awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni
benda yang terapung. Cara pembuatan: (1) Bahan
direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu
diperas; (2) Ampasnya dikeringkan dan digiling
menjadi tepung. Kandungan gizi: Protein: Udang
rebon=59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa);
Lemak =3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa);
Karbohidrat 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa);
Abu=11,41% (Benawa); Serat=11,82% (Benawa);
Air=21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,Nilai
ubah: Benawa=4–6 |
c) |
Tepung Kepala Udang
1. |
Bahan yang digunakan adalah
kepala udang, limbah pada proses pengolahan
udang untuk ekspor. |
2. |
Cara pembuatannya: (1) Bahan
direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
(2) Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian
yang kasar dan banyak mengandung kitin. |
3. |
Kandungan gizinya: Protein=
53,74%; Lemak= 6,65%; Karbohidrat= 0%;
Abu= 7,72%; Serat kasar= 14,61%; Air=
17,28%. |
|
d) |
Tepung Anak Ayam
1. |
Bahan: anak ayam jantan
dari perusahaan pembibitan ayam petelur. |
2. |
Cara pembuatan:
- |
Anak-anak ayam dimatikan
secara masal, bulu-bulunya dibakar
dengan lampu semprot. Kemudian direbus
sampai kaku (setengah masak). |
- |
Diangin-anginkan sampai
kering dan digiling beberapa kali
sampai halus. Hasil gilingan yang
masih basah disebut pastadan dapat
langsung digunakan. |
- |
Pasta dapat dikeringkan
dan digiling menjadi tepung. |
|
3. |
Kandungan gizinya: Protein=61,65%,
Lemak=27,30%, Abu=2,34%, Air=8,80%, Nilai
ubah=5–8. Juga mengandung hormon,
enzim, vitamin, dan mineral yang dapat
merangsang nafsu makan dan pertumbuhan. |
|
e) |
Tepung Kepompong Ulat Sutra
1. |
Bahan: kepompong ulat sutra
yang merupakan limbah industri pemintalan
benang sutra alam. |
2. |
Kandungan gizinya: Protein=
46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat=
8,89%, Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8. |
|
f) |
Ampas Minyak Hati Ikan
1. |
Bahan: amapas hati ikan
yang telah diperas minyaknya. |
2. |
Cara pembuatannya: (1) digunakan
sebagai pasta, karena kandungan lemaknya
tinggi, sehingga sukar dikeringkan. (2)
Digiling halus sampai bentuknya seperti
pellet. |
3. |
Kandungan gizinya: Protein=
25,08%, lemak= 56,75%, Abu= 6,60%, Air=12,06%,
Nilai ubah= 8. |
|
g) |
Tepung Darah
1. |
Bahan: darah, limbah dari
rumah pemotongan ternak. |
2. |
Cara pembuatanny: darah
beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan,
kemudian digiling menjadi tepung. |
3. |
Kandungan gizinya: Protein=
71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%,
Abu= 5,45%, Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya
sukar dicerna, sehingga penggunaannya
untuk ikan < 3% dan untuk udang <
5%. |
|
h) |
Silase Ikan
1. |
Bahan: ikan rucah dan limbah
pengolahan. |
2. |
Silase adalah hasil olahan
cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya. |
3. |
Cara pembuatan: (1) Bahan
dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian
digiling. Hasil gilingan direndam dalam
larutan asam formiat 3% 24 jam, kemudian
diperas. (2) Air perasan ditampung dan
lapisan minyak yang mengapung di lapisan
atas disingkirkan. (3) Cairan yang bebas
minyak dicampur dengan ampas dan ditambah
asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya
bakteri/cendawan dan menambah daya awet
± 3 bulan dengan pH ± 4,5.
(4) Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk
3- 4 kali sehari. (5) Bahan cair yang
bersifat asam dapat dicampur dengan dedak,
ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan
1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran
dalam ramuan makanan. |
4. |
Kandungan gizinya: Protein=18-20%,
Lemak=1-2%, Abu=4-6%, Air=70- 75%, Kapur=1-3%,
Fosfor=0,3-0,9%. |
|
i) |
Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang
1. |
Bahan: arang bulu ayam,
tulang ternak. |
2. |
Cara pembuatan: Tulang dipotong
sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4
jam dengan suhu 100 derajat C, kemudian
dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan
sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam
dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu
dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan
selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap,
yaitu pada suhu 60 derajat C selama 4
jam, suhu 70 derajat C selama 4 jam, dan
100 derajat C selama 5 jam. Pemrosesan
selatin. Tulang dikeringkan pada suhu
100 derajat C, sampai kadar airnya tinggal
5% dan digiling hingga menjadi tepung.
Pengemasan dan penyimpanan. |
3. |
Kandungan gizinya: Protein=25,54%,
Lemak=3,80%, Abu=61,60%, Serat=1,80%,
Air=5,52%. |
|
j) |
Tepung Bekicot
1. |
Bahan: daging bekicot mentah
dan daging bekicot rebus. |
2. |
Cara pembuatan: Daging bekicot
dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran
makanan sebesar 5-15%. |
3. |
Kandungan gizi: Protein=54,29%,
Lemak=4,18%, Karbohidrat=30,45%, Abu=4,07%,
Kapur=8,3%, Fosfor=20,3%, Air=7,01. |
|
k) |
Tepung Cacing Tanah
1. |
Dapat menggantikan tepung
ikan, dapat diternak secara masal. |
2. |
Jumlah penggunaan dalam
ramuan 10-25%. |
3. |
Cara pembuatan: Cacing dikeringkan
lalu digiling. |
4. |
Kandungan proteinnya 72%
dan mudah diserap dinding usus. |
|
l) |
Tepung Artemia
1. |
Dapat menggantikan tepung
ikan/kepala udang. |
2. |
Kandungan protein (asam
amino essensial) untuk burayak 42% dan
dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh
untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya
cernanya tinggi. |
|
m) |
Telur Ayam dan Itik
1. |
Bahan: telur mentah atau
telur rebus. |
2. |
Penggunaan: Telur mentah
langsung dikopyok dan dicampur dengan
bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya,
dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk
emulsi atau suspensi. |
3. |
Kandungan gizinya: Protein=12,8%,
Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74%. |
|
n) |
Susu
1. |
Bahan: tepung susu tak berlemak
(skim). |
2. |
Kandungan gizi: Protein=35,6%
Lemak=1,0% Karbohidrat=52,0%, Air=3,5%
|
|
- Bahan Nabati
a) |
Dedak
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul)
dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah
dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%,
Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%,
Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah=
8. |
b) |
Dedak Gandum
Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu.
Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah
“wheat pollard” dengan kandungan
gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%, Karbohidrat=64,75%,
Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai
ubah=2-3. |
c) |
Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning,
mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya
rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein
dan energi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar
dicerna ikan, sehingga jarang digunakan. |
d) |
Cantel/Sorgum
Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih
lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin
yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga
harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih
baik.
Kandungan gizi: Protein=13,0%, Lemak=2,05%,
Karbohidrat=47,85%, Abu=12,6%, Serat kasar=
13,5%, Air=10,64%, Nilai ubah2-5. |
e) |
Tepung Terigu
Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai
bahan perekat dengan kandungan gizi: Protein=8,9%;
Lemak=1,3%; Karbohidrat=77,3%; Abu=0,06%; Air=13,25%. |
f) |
Tepung Kedele
Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial
yang paling essensial dan aroma makanan lebih
sedap, penggunaannya ± 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat
enzim tripsin, dapat dikendalikan dengan cara
memasak.
Kandungan gizi: Protein: 39,6%, Lemak=14,3%,
Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%,
Nilai ubah=3-5. |
g) |
Tepung Ampas Tahu
Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%,
Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%,
Air=10,43%. |
h) |
Tepung Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan
minyak kacang.
Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang
vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan
dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya.
Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%,
Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%,
Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4. |
i) |
Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan
minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai
sampai 20%.
Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%,
Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%,
Air=13,35%. |
j) |
Biji Kapuk/Randu
Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya.
Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid
yang bersifat racun bius. Penggunaannya <
5%.
Kandungan gizinya: Protein=27,4%, Lemak=5,6%,
Karbohidrat=18,6%, Abu=7,3%, Serat kasa=25,3%,
Air=6,1 %. |
k) |
Biji Kapas
Bahan: bungkil dari pembuatan minyak.
Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat
sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan
jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak
dulu.
Kandungan gizi: Protein=19,4%, Lemak=19,5%,
Asam lemak linoleat=47,8%, Asam lemak palmitat=23,4%,
Asam lemak oleat=22,9%. |
l) |
Tepung Daun Turi
Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam
biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya.
Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%,
Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%,
Air=11,97 %. |
m) |
Tepung Daun Lamtoro
Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya
< 5% saja.
Kandungan gizinya: Protein=36,82%, Lemak=5,4%,
Karbohidrat=16,08%, Abu=1,31%, Serat kasar=18,14%,
Air=8,8%. |
n) |
Tepung Daun Ketela Pohon
Kelemahannya: racun HCN/asam biru.
Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%,
Karbohidrat=14,69%, Air=0,12. |
o) |
Isi Perut Besar Hewan Memamah
biak
Bahan: dari rumah pemotongan ternak.
Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai
menjadi tepung.
Kandungan gizinya: Protein=8,39%, Lemak=5,54%,
Karbohidrat=33,51%, Abu=17,32%, Serat kasar=20,34%,
Air=14,9%, Nilai ubah=2. |
- Bahan Vitamin
a) |
Vitamin dan Mineral
1. |
Cara memperoleh: dari toko
penjual makanan ayam (poultry shop) yang
sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix). |
2. |
Premix tersebut mengandung
vitamin, mineral, dan asam-asam amino
tertentu. |
3. |
Contoh-contoh merek dagang:
- |
Top mix: mengandung
12 macam vitamin (A, D, E, K, B
kompleks), 2 asam amino essensial
(metionin dan lisin) dan 6 mineral
(Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta
antioksidan (BHT) |
- |
Rhodiamix: mengandung
12 macam vitamin (A, D, E, K, B
kompleks), asam amino essensia metionin,
dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J,
Zn, Co dan Cu), serta antioksidan. |
- |
Mineral B12: mengandung
tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4,
KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin
B12 (sianokobalamin). |
- |
Merek lain: Aquamix,
Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer
Premix B. |
|
4. |
Penggunaannya :
Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.
|
|
b) |
Garam Dapur (NaCl)
1. |
Fungsi: sebagai bahan pelezat
(gurih), mencegah terjadinya proses pencucian
zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan
makanan ikan. |
2. |
Penggunaannya cukup 2%. |
|
c) |
Bahan Perekat
1. |
Contoh bahan perekat: agar-agar,
gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll.
Yang paling baik adalah tepung kanji dan
tapioka. |
2. |
Penggunaannya cukup 10%. |
|
d) |
Antioksidan
1. |
Bahan: fenol, vitamin E,
vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi-
2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated
hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole). |
2. |
Penggunaannya: etoksikulin
150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm. |
|
e) |
Ragi dan Ampas Bir
1. |
Ragi adalah sejenis cendawan
yang dapat merubah karbohidrat menjadi
alkohol dan CO2. |
2. |
Macam ragi: ragi tape, ragi
roti, dan bir. |
3. |
Kandungan gizi: Protein=59,2%,
Lemak=0, Karbohidrat=38,93%, Abu=4,95%,
Serat kasar=0, Air=6,12%. |
4. |
Ampas bir merupakan limbah
pengolahan bir. |
5. |
Kandungan gizinya: Protein=25,9%,
Serat kasar=15% |
6. |
Penggunaannya: ampas bir
basah 3-6% dan kering 10%. |
|
|
|
6.3. |
Penyiapan Peralatan
- Pakan Alami
a) |
Chlorella
1. |
Alat-alat yang akan digunakan
dicuci dengan deterjen, kemudian dibilas
dengan larutan klorin 150 ppm. |
2. |
Dalam wadah 1 galon:
- |
Menggunakan
stoples atau botol “carboys”,
slang aerasi, dan batu aerasi. |
- |
Botol diisi medium
± 3 liter, untuk Chlorella
air laut menggunakan medium dengan
kadar garam 15 permil, dan untuk
Chlorella menggunakan air tawar.
Air medium disaring dengan kain
saringan 15 mikron. |
- |
Disterilkan dengan
cara mendidihkan, klorinasi, atau
penyinaran dengan lampu ultraviolet. |
- |
Pemupukan dengan menggunakan
ramuan Allen-Miguel, yang terdiri
dari 2 larutan, yaitu: (1) Larutan
A, terdiri dari 20 gram KNO3 dalam
100 ml air suling; (2) Larutan B,
terdiri dari: 4 gram Na2HPO4.12H2O;
2 gram CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3;
dan 2 ml HCl; semuanya dilarutkan
dalam 80 ml air suling. |
- |
Setiap 1liter medium,
menggunakan 2 ml larutan A dan 1
ml larutan B. |
|
3. |
Dalam wadah 60 liter atau
1 ton
- |
Wadah
dicuci dan dibebashamakan. Air untuk
medium harus disaring. Medium dipupuk
dengan jenis dan takaran: 100 mg/liter
pupuk 21-0-0, Urea sebanyak 10-15
mg/liter dan pupuk 16-20-0 sebanyak
10-15 mg/l |
- |
Untuk pertumbuhan
dalam wadah besar (1ton) cukup menggunakan
urea dengan takaran 50 gram/m3. |
|
|
b) |
Tetraselmis
1. |
Dalam wadah 1liter
- |
Dapat
menggunakan botol erlenmeyer. Botol,
slang plastik, dan batu aerasi dicuci
dengan deterjen dan dibilas dengan
larutan klorin 150 ml/ton. |
- |
Wadah diisi air medium
dengan kadar garam 28 permil yang
telah disaring dengan saringan 15
mikron. Kemudian disterilkan dengan
cara direbus, diklorin 60 ppm dan
dinetralkan dengan 20 ppm Na2S2O3,
atau disinari lampu ultraviolet. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut
:
1. |
Natrium nitrat
– NaNO3 = 84 mg/l |
2. |
Natrium dihidrofosfat-NaH2PO4
= 10 mg/l atau Natrium fosfat-Na3PO4
= 27,6 mg/l atau Kalsium fosfat-Ca3(PO4)2
= 11,2 mg/l |
3. |
Besi klorida
– FeCl3 = 2,9 mg/l |
4. |
EDTA (Ethylene
dinitrotetraacetic acid) =
10 mg/l |
5. |
Tiamin-HCl (vitamin
B1) = 9,2 mg/l |
6. |
Biotin = 1 mikrogram/l |
7. |
Vitamin B12
= 1mikrogram/l |
8. |
Tembaga sulfat
kristal CuSO4.5H2O = 0,0196
mg/l |
9. |
Seng sulfat
kristal ZnSO4.7H2O = 0,044
mg/l |
10. |
Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O
= 0,02 mg/l |
11. |
Mangan klorida
kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126
mg/l |
12. |
Kobalt korida
kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l |
|
|
2. |
Dalam wadah 1 galon (3 liter):
- |
Dapat
menggunakan botol “carboys”
atau stoples. |
- |
Persiapan sama dengan
dalam wadah 1 liter. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut
:
1. Urea-46 = 100 mg/l
2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10
mg/l
3. Agrimin = 1 mg/l
4. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
5. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic
acid) = 2 mg/l
6. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
7. Vitamin B12 = 0,005 mg/l |
|
3. |
Dalam wadah 200 liter dan
1 ton
- |
Wadah
200 liter dapat menggunakan akuarium,
dan untuk 1 ton menggunakan bak
dari kayu, bak semen, atau bak fiberglass. |
- |
Persiapan lain sama. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut
:
1. |
Urea-46 = 100
mg/liter |
2. |
Pupuk 16-20-0
= 5 mg/liter |
3. |
Kalium hidrofosfat-K2HPO4
= 5 mg/liter atau Kalium dihidrofosfat-K2H2PO4
= 5 mg/liter |
4. |
Agrimin = 1
mg/liter |
5. |
Besi klorida-FeCl3
= 2 mg/liter |
|
- |
Untuk wadah 1 ton
dapat hanya menggunakan urea 60-100
mg/liter dan TSP 20-50 mg/liter.
|
|
|
c) |
Dunaliella
Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian
diisi medium dengan kadar garam 18-22 permil.
Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/liter, kemudian
diaerasi dan dibiarkan sebentar. |
d) |
Diatomae
1. |
Dalam wadah 1liter
- |
Dapat
menggunakan botol erlenmeyer. Botol,
slang plastik, dan batu aerasi dicuci
dengan deterjen dan dibilas dengan
larutan klorin 150 ml/ton. |
- |
Wadah diisi air medium
yang telah disaring dengan saringan
15 mikron sampai 300-500 ml, dan
berkadar garam 28-35 untuk Diatomae
laut dan air tawar untuk Diatomae
tawar. Kemudian disterilkan dengan
cara direbus, diklorin, atau disinari
lampu ultraviolet. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut:
a) |
Larutan A= KNO3
20,2 gram + Air suling 100
ml |
b) |
Larutan B= Na2HPO4
2,0 gram + Air suling 100
ml |
c) |
Larutan C= Na2SiO3
1,0 gram + Air suling 100 |
d) |
Larutan D= FeCl3)
1,0 gram + Air suling 20 ml |
|
- |
Setiap 1 liter medium
diberi larutan A, B, C, sebanyak
1 ml dan larutan D 4 tetes. Kemudian
diaerasi dengan batu aerasi dan
sumber udara dapat berasal dari
mesin blower, kompressor atau aerator. |
- |
Pupuk lain yang dapat
ditambahkan:
1. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic
acid)=10 mg/l
2. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 0,2
mg/l
3. Biotin = 1,0 mg/l
4. Vitamin B12 = 1,0 mg/l
5. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O
= 0,0196 mg/l
6. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O
= 0,044 mg/l
7. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O
= 0,02 mg/l
8. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O
= 0,0126 mg/l
9. Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O
= 3,6 mg/l |
|
2. |
Dalam wadah 1 galon (3 liter):
- |
Wadah
dicuci dan diisi air medium. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut:
1. Urea = 100 mg/l
2. Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10
mg/l
3. Na2SiO3 = 2 mg/l
4. Agrimin = 1 mg/l
5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
6. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic
acid) = 2 mg/l
7. Vitamin B1 = 0,005 mg/l
8. Vitamin B12 = 0,005 mg/l |
|
3. |
Dalam wadah 200 liter dan
1 ton
- |
Wadah
dicuci dan diisi air medium. |
- |
Medium dipupuk dengan
jenis dan takaran sebagai berikut
:
1. Urea-46 = 100 mg/l
2. K2HPO4 atau KH2PO4 = 5 mg/l
3. Na2SiO3 = 2 mg/l
4. Agrimin = 1 mg/l
5. Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
6. 16-20-0 = 5 mg/l |
|
|
e) |
Spirulina
Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian
diisi medium dengan kadar garam 15-20 permil.
Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/l, kemudian
diaerasi dan dibiarkan sebentar. |
f) |
Brachionus
1. |
Dengan Pemupukan
- |
Wadah
yang digunakan berukuran 1-10 ton
atau 10-100 ton yang telah dicuci
dan dibilas dengan larutan klorin
150 ml/ton. Wadah diisi air melalui
kain saringan halus. |
- |
Pemupukan menggunakan
kotoran sapi kering 20 mg/l, pupuk
urea dan TSP masing–masing
2 mg/l, kemudian didiamkan 4-5 hari,
sampai tumbuh jasad-jasad renik
makanan Brachionus, yaitu jenis
Diatomae, seperti Cyclotella, Melosira,
Asterionella, Nitzschia, dan Amphora.
Tumbuhnya Diatomae ditandai dengan
warna coklat
perang. |
|
2. |
Dengan Pemberian Makanan
- |
Wadah
yang digunakan berukuran 1 ton,
yang terbuat dari papan kayu yang
dilapisi lembaran plastik, bahan
semen, atau fiberglass, yang dicuci
biasa. Wadah diisi air medium, tergantung
jenis Brachionus. Wadah diletakkan
di luar ruangan, di bawah atap bening. |
- |
Pemupukan menggunakan
100 mg/l urea, 20 mg/l TSP, dan
2 mg/l FeCl3, untuk menumbuhkan
algae planktonik (Chlorella dan
Tetraselmis). Medium diudarai untuk
meratakan pupuk dan algae. |
|
|
g) |
Artemia
1. |
Wadah yang digunakan adalah
berbagai macam bak berbentuk empat persegi
panjang dengan sudut tegak lurus, menyerong,
atau melengkung. Ukurannya 300 liter,
2 ton, 5 ton, dsb. |
2. |
Di tengah bak dipasang penyekat
terbuat dari papan/lembaran plastik dengan
arah membujur sejajar dengan sisi bak
yang panjang. Jarak antara ujung penyekat
tengah dengan sisi bak yang pendek 2/3
kali jarak antara penyekat tengah dengan
sisi bak yang panjang, dan jarak sisi
bawah dengan dasar bak 2-5 cm. |
3. |
Dalam bak dipasang "air
water lift (AWL)" yang terbuat dari
pipa-pipa PVC untuk menimbulkan putaran.
- Kedalaman 20 cm, diameter pipa AWL=
25 mm
- Kedalaman 40 cm, diameter pipa AWL=
40 mm
- Kedalaman 75 cm, diameter pipa AWL=
50 mm
- Kedalaman 100 cm, diameter pipa AWL=
60 mm |
4. |
Pipa AWL dipotong miring
30-45 derajat pada ujung bawahnya dan
dipasang menyentuh dasar bak. Pipa AWL
diikat pada kedua belah sisi penyekat
tengah dan ujung -ujung bagian atasnya
dibuat menyerong 30-45 derajat. Jarak
antara AWL 25-40 cm dengan arah berlawanan. |
5. |
Slang plastik berdiameter
6 mm dimasukkan pada AWL untuk saluran
udara, yang dihubungkan dengan tabung
pembagi udara terbuat dari pipa PVC berdiameter
5 cm dan diikat pada atas penyekat tengah. |
6. |
Tabung dihubungkan dengan
pipa udara yang mengalirkan udara dari
mesin penghembus udara (Blower). |
7. |
Air untuk pemeliharaan adalah
air laut (kadar garam 30-35 permil) atau
air tiruan (kadar garam 30 permil) yang
dapat dibuat dari beberapa bahan kimia,
yaitu: -
Garam dapur (NaCl) = 31,08 gram -
Magnesium sifat (MgSO4) = 7,74 gram
-
Magnesium klorida (MgCl2) = 6,09 gram
-
Kalsium klorida (CaCl2) = 1,53 gram
-
Kalium klorida (KCl) = 0,97 gram -
Natrium hidrokarbonat (NaHCO3) = 2 gram
-
Air tawar dijadikan 1 liter
MgSO4, KCl, NaHCO3 dilarutkan dalam air
panas secara terpisah sebelum digunakan. |
8. |
Penyaringan air dilakukan
untuk mengurangi timbunan kotoran.
Penyaringan air dilakukan dengan kotak
keping penyaring berbentuk kotak persegi
empat yang terbagi 2 bagian, yaitu bagian
pertama untuk pemasukan air dan bagian
kedua untuk pengendapan. Ukuran kotak
10% dari bak dan terbuat dari kayu yang
dicat dengan epoxy. Alat ini dibersihkan
2 hari sekali. |
|
h) |
Infusoria
1. |
Penangkaran dapat dilakukan
secara berurutan dalam wadah 1 liter,
1 galon, 200 liter, dan 1 ton. Untuk wadah
1 liter dan 1 galon, menggunakan air rebusan
jerami sebagi medium, dan untuk wadah
yang lebih besar menggunakan air mentah.
|
2. |
Air mentah dimasukkan dalam
wadah 200 liter dan 1 ton (tergantung
jenis Ciliatanya) dan ditambah potongan-potongan
jerami atau rumput kering, daun selada,
atau kulit pisang kering, kemudian air
diaerasi. |
|
i) |
Kutu Air
1. |
Wadah yang digunakan adalah
berbagai macam bak dengan ukuran 1 ton
(1 m3). Bak diletakkan di tempat yang
terlindung dari sinar matahari langsung. |
2. |
Wadah diisi air tawar sampai
60 cm dan diudarai dengan batu 1-2 aerasi
per 2,5 m2. |
3. |
Pemupukan menggunakan kotoran
ayam kering yang dilarutkan dalam air
samapi konsentrasinya 10% dan bungkil
kelapa yang ditumbuk halus dan diayak
dengan saringan 500 mikron. |
4. |
Pemupukan pertama menggunakan
kotoran ayam 1000 ml/ton dan bubuk bungkil
kelapa 200 gram/ton yang dicampur dan
dimasukkan dalam kantong yang diperas
di atas bak pemeliharaan, sehingga air
perasan langsung jatuh ke bak. |
5. |
Pemupukan kedua dilakukan
4 hari kemudian, dan pemupukan ketiga
dilakukan bila perlu. |
|
j) |
Jentik-jentik nyamuk
1. |
Wadah penetasan yang juga
merupakan wadah pemeliharaan dapat berupa
pengaron, ember plastik, atau wadah bukan
logam yang lainnya. Air medium menggunakan
air leri atau air biasa. |
2. |
Setelah telur cukup, wadah
dimasukkan dalam kandan yang diberi dinding
kelambu. |
|
k) |
Cacing Tubifex
1. |
Lahan dibuat dengan bentuk
mirip kolam dengan luas 10x10 cm atau
lebih, dilengkapi dengan saluran pemasukan
dan pengeluaran air. |
2. |
Dasar kolam dibuat petakan-petakan
(blok) lumpur, berjarak 20 cm, setinggi
10 cm dengan luas 1x2 m dan dasarnya dilapisi
papan kayu atau dibentuk cetakan. |
3. |
Pemupukan menggunakan dedak
halus (200-250 gram/m2) atau kotoran ayam
yang telah dibersihkan dan dihaluskan
sebanyak 300 gram/m2. Pupuk ditebar di
lahan dan direndam air 5 cm selama 4 hari
bila menggunakan dedak dan 3 hari bila
menggunakan kotoran ayam. |
|
l) |
Ulat Hongkong
1. |
Pemeliharaan skala kecil
dapat menggunakan beberapa kotak kayu/tripleks
berukuran 40x40x20 cm yang dilapisi selotip/isolasi
pada bagian bibirnya, atau ember plastik,
baki, atau waskom. |
2. |
Bagian atas tempat pemeliharaan
dibiarkan terbuka untuk memudahkan panen.
Kemudian wadah ditempatkan pada rak dan
diletakkan dalam ruang gelap dan tidak
kena sinar matahari. |
3. |
Medium pemeliharaan yang
berupa campuran dedak halus dan ampas
tahu kering atau tepung jagung yang dicampur
tepung tulang dan tepung ikan yang telah
disaring/diayak, ditebar pada dasar wadah
setebal 2-3 cm. |
|
- Pakan Buatan
Alat-alat yang diperlukan :
a) |
Alat Penggiling dan
Pengayak |
b) |
Alat Penimbang dan Penakar |
c) |
Alat Pengaduk dan Pencampur |
d) |
Alat Pemasak |
e) |
Alat Pengering |
f) |
Alat Penyimpan |
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Pakan Alami
a) |
Chlorella
1. |
Dalam wadah 1 galon :
- |
Bibit ditebar dalam
medium yang telah diberi pupuk, sampai airnya
berwarna agak kehijau-hijauan. Bibit yang
masuk disaring dengan saringan 15 mikron. |
- |
Wadah disimpan di dalam ruang
laboratorium di bawah penyinaran lampu neon,
dan air diudarai terus-menerus. |
- |
Setelah ± 5 hari, Chlorella
sudah tumbuh dengan kepadatan sekitar 10 juta
sel/ml. Airnya berwarna hijau segar. |
- |
Hasil penumbuhan ini digunakan
sebagai bibit pada penumbuhan dalam wadah
yang lebih besar. |
|
2. |
Dalam wadah 60 liter atau 1 ton :
- |
Untuk wadah 60 liter
membutuhkan 1 galon bibit dan untuk wadah
1 ton membutuhkan 5 galon bibit. |
- |
Selain dipupuk, dapat dilepaskan
ikan mujair besar 4-5 ekor/m2 yang diberi
makan pelet secukupnya, bertujuan sebagai
penghasil pupuk organik dari kotorannya. |
- |
Wadah disimpan dalam ruangan
yang kena sinar matahari langsung. |
- |
Setelah 5 hari pertumbuhan terjadi
dan pada puncaknya dapat mencapai kepadatan
5 juta sel/ml. |
- |
Secara berkala medium perlu
dipupuk susulan, penambahan air baru, dan
pemberian obat pemberantas hama. |
|
|
b) |
Tetraselmis
1. |
Dalam wadah 1liter :
- |
Bibit ditebar dalam
medium yang telah diberi pupuk sebanyak 100.000
sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan
wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di
bawah sinar lampu neon. |
- |
Setelah 4-5 hari telah berkembang
dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya
digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya. |
|
2. |
Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
- |
Bibit dari penumbuhan
dalam wadah 1 liter, ditebar dalam medium
yang telah diberi pupuk, untuk setiap galon
membutuhkan bibit 100 ml, hingga kepadatan
mencapai 100.000 sel/ml. |
- |
Wadah ditaruh di dalam ruangan
ber-AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai
terus-menerus. |
- |
Setelah 4-5 hari telah berkembang
dengan kepadatan 4-5 juta sel/ml. Hasilnya
digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya.
|
|
3. |
Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
- |
Wadah 200 liter
membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah
1 ton 100 liter. |
- |
Dalam waktu 4-5 hari mencapai
puncak perkembangan dengan kepadatan 2-4 juta
sel/ml. |
- |
Hasil penumbuhan di wadah 200
ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan
di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton
dapat digunakan sebagai pakan. |
|
|
c) |
Dunaliella
1. |
Dalam pemeliharaan harus diperhatikan
penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga
fotosintesa dapat berjalan lancar. |
2. |
Setelah pupuk tercampur merata, bibit
dimasukkan sebanyak 1/3 bagian. Wadah ditutup kapas
atau stirofoam yang telah diberi slang untuk mencegah
kontaminasi. |
3. |
Empat hari setelah masa pemeliharaan,
dapat dipanen dan dikultur pada wadah yang lebih
besar. |
|
d) |
Diatomae
1. |
Dalam wadah 1liter :
- |
Bibit ditebar dalam
medium yang telah diberi pupuk sebanyak 70.000
sel/ml. Airnya diudarai terus-menerus dan
wadah diletakkan dalam ruang ber-AC, dan di
bawah sinar lampu neon. |
- |
Setelah 3-4 hari telah berkembang
dengan kepadatan 6-7 juta sel/ml. Hasilnya
digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya. |
|
2. |
Dalam wadah 1 galon (3 liter):
- |
Bibit ditebar sebanyak
100 ml. Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-
AC, di bawah lampu neon, dan airnya diudarai
terus-menerus. |
- |
MSetelah 2 hari telah berkembang
dengan kepadatan 4-6 juta sel/ml. Hasilnya
digunakan sebagai bibit pada penumbuhan berikutnya. |
|
3. |
Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
- |
Wadah 200 liter
membutuhkan 3 galon bibit, sedangkan wadah
1 ton 100 liter. |
- |
Dalam wadah 200 ml, waktu 2
hari mencapai puncak perkembangan dengan kepadatan
2-4 juta sel/ml, sedangkan wadah 1 liter,
dalam 3 hari mencapai 2-3 juta sel/ml. |
- |
Hasil penumbuhan di wadah 200
ton digunakan sebagai bibit untuk penumbuhan
di wadah 1 ton, sedangkan dari wadah 1 ton
dapat digunakan sebagai pakan. |
|
|
e) |
Spirulina
1. |
Dalam pemeliharaan harus diperhatikan
penempatan wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga
fotosintesa dapat berjalan lancar. |
2. |
Setelah tercampur merata, bibit dimasukkan
sebanyak 1/5-1/10 bagian. Empat hari setelah masa
pemeliharaan, dapat dipanen dan dikultur pada wadah
yang lebih besar. |
|
f) |
Brachionus
Dengan Pemupukan: Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah
pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. 5-7 hari kemudian, Brachionus
berkembang dengan kepadatan sekitar 100 ekor/l dan dapat
digunakan sebagai pakan ikan.
Dengan Pemberian Pakan:
1. |
Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari
setelah pemupukan, sebanyak 10 ekor/ml. Wadah setiap
hari pagi diaduk sebagai ganti pengudaraan. |
2. |
Pemberian makanan berupa algae dapat
diganti dengan ragi roti sebanyak 1-2 gram berat
basah per 1 juta ekor per hari pada suhu 25 derajat
C atau 2-3 gram pada suhu lebih dari 25 derajat
C. Takaran untuk ragi kering adalah 1/3-1/2 takaran
berat basah |
3. |
Apabila campuran algae tidak bisa
diberikan terus-menerus, maka 1-2 jam sebelum panen
harus diberi makanan algae secukupnya.
- |
Ragi laut (Rhodotorula)
dapat juga diberikan sebagai makanan Brachionus.
Ragi laut dapat diperoleh dari saluran pembuangan
pembenihan ikan dan udang laut. |
- |
Ragi laut dapat ditumbuhkan
dengan memupuknya dengan 10 g gula, 1 g (NH4)2SO4,
dan 0,1 g KH2PO4 atau K2HPO4 untuk setiap
1 liter air laut, dan ditambah HCl untuk mencapai
pH 4. Dalam wadah 500-1000 liter, kepadatannya
100 juta sel/ml. |
- |
Brachionus yang diberi makan
ragi laut mencapai kepadatan 80-120 ekor/ml
dalam masa pemeliharaan 25 hari. |
|
|
g) |
Artemia
1. |
Makanan utama Artemia adalah katul
padi (dedak halus) yang berukuran < 50 mikron.
Makanan lainnya : tepung terigu, tepung beras, ragi
roti, ragi bir, ragi laut, dedak gamdum, tepung
kedele, dan tepung ganggang. |
2. |
Dedak dilarutkan sebanyak 50-150 gram/l
air garam (150 gram dalam 1 liter air), kemudian
diblender dan disaring dengan kain saring halus
50 mikron. Larutan dedak diwadahi kantong plastik
berdasar kerucut dan diberi slang plastik yang dilengkapi
kran untuk pemberian pakan. |
3. |
Jumlah pemberian pakan ditentukan
berdasarkan kekeruhan medium, Artemia dewasa (>2
minggu) kekeruhannya 20-25 cm, dan Artemia berumur
< 2 minggu kekeruhannya 15-20 cm. |
Usaha Pembesaran
1. |
Benih berupa burayak tingkat nauplius
instar I yang masih belum perlu makan dengan padat
penebaran 1000-3000 ekor/l yang dilakukan pada senja
hari. |
2. |
Pemberian makan untuk umur 1-5 hari,
ditandai dengan kekeruhan 15-20 cm dan untuk umur
> 6 hari 20-25 cm. |
3. |
Alat penyaring air mulai dipasang
dengan mata saringan yang berangsur-angsur diperbesar
sesuai umur Artemia, yaitu 200, 250, 350, dan 450
mikron. |
4. |
Kadar O2, pH, dan suhu air diamati
secara rutin. Aerasi ditambah bila O2 < 2 mg/l
dan pH < 7,5. Air medium ditambah 2 g/l NaHCO3
bila pH turun. Bak pemeliharaan ditutup plastik
pada malam hari untuk mencegah fluktuasi suhu. Suhu
yang baik adalah 25-30 derajat C. Kotoran yang mengendap
pada dasar bak harus selalu disedot. |
Produksi Nauplius
1. |
Cara pemeliharaannya sama dengan usaha
pembesaran. |
2. |
Kondisi lingkungan diusahakan agar
Artemia dapat berkembang biak secara ovovivipar
(melahirkan nauplius), yaitu kadar garam 40-50 permil,
suhu 25-30 derajat C, kadar O2 4 mg/l, dan pH 7,5-8,5. |
3. |
Umur 3 minggu Artemia mulai kawin
dan setiap 4-5 hari sekali akan beranak dengan jumlah
100-300 ekor. Umur induk dapat mencapai 6 bulan. |
Produksi Telur
- |
Cara pemeliharaannya sama dengan usaha
pembesaran. |
- |
Kondisi lingkungan diusahakan agar
Artemia dapat berkembang biak secara ovipar (bertelur),
yaitu peningkatan kadar garam dan penurunan kadar
O2 . |
- |
Setelah Artemia dewasa kadar garam
dinaikkan sampai 90 permil dengan cara menambah
larutan garam pekat secara berangsur-angsur tiap
hari. |
- |
Setelah berumur 4 minggu, ditambah
EDTA sampai kadarnya 25 mg/l dalam waktu 1 minggu. |
- |
Minggu ke-5, kadar O2 diturunkan dengan
cara memutuskan aerasi tiap 1 jam selama 10 menit.
1-2 minggu kemudian induk Artemia mulai mengandung
telur. |
|
h) |
Infusoria
1. |
Penebaran bibit Ciliata dilakukan
setelah makanan tumbuh, yaitu ±1 minggu setelah
persiapan wadah. |
2. |
Ciliata dapat berkembang biak dalam
waktu seminggu, ditandai dengan warna air medium
yang berubah jadi keputih-putihan. |
3. |
Apabila medium budidaya berbau busuk,
dilakukan pergantian air secara bertahap dengan
menggunakan slang air. |
|
i) |
Kutu Air
1. |
Pemasukan biibt dilakukan 18-24 jam
sesudah pemupukan awal dengan padat penebaran 30
ekor/l. |
2. |
Perkembangannya akan mencapai puncak
dalam waktu 7-10 hari dengan kepadatan 3000-5000
ekor/l. |
3. |
Makanan kutu air terdiri dari tumbuhan
renik dan detritus. |
|
j) |
Jentik-jentik nyamuk
1. |
Makanan diberikan secara berkala yang
terdiri dari ragi, kotoran kelinci dan susu bubuk,
atau detritus kering yang berasal dari alam. |
2. |
Dinding wadah yang ditumbuhi bakteri/lendir
harus dibersihkan. |
|
k) |
Cacing Tubifex
Penebaran bibit dilakukan dalam lubang-lubang kecil di
atas bedengan (petakan /blok) yang berjarak 10-15 cm dengan
jumlah 10 ekor /lubang. Masa pemeliharaan cacing sekitar
10 hari. |
l) |
Ulat Hongkong
1. |
Pemberian pakan tambahan berupa buah-buahan
dan sayuran yang masih segar. |
2. |
Pembersihan tempat dilakukan bila
media hidup berubah warna jadi agak hitam. Caranya
dengan menyaring/mengayak sel media dan ulatnya
dengan ukuran saringan tergantung ukuran ulat. Untuk
membersihkan kotoran yang agak besar dilakukan dengan
menampi. |
3. |
Dalam waktu 2 minggu, ulat berubah
bentuk menjadi kepompong, kemudian kumbang dan membutuhkan
makanan lebih banyak. |
4. |
Kumbang berwarna agak keputihan, kemudian
berubah kehitam-hitaman. Setelah 3 minggu kumbang
bertelur sebanyak 1000 butir/ekor dan akan menetas
5-6 hari kemudian. Umur induk hanya 1 bulan setelah
bertelur. |
5. |
Ulat yang menetas baru terlihat setelah
2 minggu. Pakan tambahan yang diberikan, terutama
sawi putih/sayuran lain yang banyak kandungan airnya. |
|
|
6.5. |
Pembuatan Pakan Buatan
Dalam menyusun ramuan untuk pakan buatan harus memperhatikan
kadar zat-zat dari masing-masing bahan baku dan disesuaikan
dengan kebutuhan.
a) |
Bentuk Larutan Emulsi
1. |
Sebutir telur itik direbus sampai
masak, kemudian diambil kuningnya dan dilarutkan
dalam 200 ml air. |
2. |
Sambil diaduk, tambahkan 40 g tepung
kedele halus, 5 g sagu, dan akhirnya 1 g vitamin. |
3. |
Panaskan larutan sambil tetap diaduk,
sampai diperoleh cairan kental seperti lem yang
encer. Larutan siap digunakan setelah dingin. |
4. |
Masa simpan larutan 10 jam dan digunakan
untuk makanan burayak ikan yang berumur 3-20 hari. |
|
b) |
Bentuk Larutan Suspensi
1. |
20 g kedele direbus sampai masak,
agar zat penghambat tumbuhnya hilang, dihaluskan
dan diberi air sedikit demi sedikit, kemudian disaring
dengan kain mori halus. Telur itik diberi perlakukan
serupa dan yang digunakan hanya bagian yang kuning. |
2. |
Larutan sari kedele dan larutan sari
kuning telur dicampur dan diaduk merata. |
3. |
Digunakan untuk makanan burayak. |
|
c) |
Bentuk Roti Kukus
1. |
Telur itik dikopyok sampai lumat dan
berbuih. Secara berangsur-angsur ditambahkan tepung
ikan, tepung terigu, dan tepung susu, sampil terus
diaduk dan diberi air sedikit demi sedikit. |
2. |
Adonan dikukus sampai masak selama
30 menit. Roti yang sudah masak didinginkan dengan
kipas angin. |
3. |
Vitamin B dan C dihaluskan, ditambah
tetrasiklin yang telah dibuang kapsulnya dan beberapa
tetes vitamin A+D-pleks dan Kalsidol. |
4. |
Roti kukus yang telah dingin, dibentuk
menjadi gumpalan kecil-kecil, kemudian dioleskan
pada campuran vitamin dan antibiotik, sambil diremas-remas
sampai campuran merata. Roti dapat disimpan dalam
lemari es selama 3 hari. |
5. |
Sebelum digunakan sebaiknya dibuat
suspensi, yaitu dengan melarutkannya dalam air melalui
kain saringan halus yang ukurannya disesuaikan dengan
ukuran burayak yang akan diberi makan. |
|
d) |
Bentuk Pellet
1. |
Bahan untuk membuat pelet ada 2 macam,
yaitu berupa: tepung kering dan gumpalan (pasta). |
2. |
Bahan perekat dapat dicampur langsung
dengan bahan lainnya saat masih kering, atau disendirikan.
Bila disendirikan, bahan tersebut diseduh dulu dengan
air mendidih sampai mengental seperti lem encer.
Setelah itu bahan perekat dicampur dengan bahan-bahan
lainnya. |
3. |
Pencampuran bahan dimulai dengan bahan
yang jumlahnya sedikit dan diakhiri dengan bahan
yang jumlahnya paling banyak. Bahan yang berupa
pasta dicampurkan paling akhir. Bahan perekat yang
dibuat adonan tersendiri, dicampurkan paling akhir.
Adonan yang masih kurang basah dapat ditambah air
sedikit demi sedikit. |
4. |
Apabila bahan perekat dicampur langsung
dengan bahan-bahan lainnya, maka pembuatan adonan
dilakukan dengan air panas sebanyak ± 1/4
berat bahan baku. Pengadukan dilakukan di atas api
kecil, agar air tidak cepat dingin. |
5. |
Pengadukan adonan dilakukan sampai
terjadi perubahan warna. |
6. |
Adonan didinginkan di atas tampir.
Apabila menggunakan ragi, maka pencampurannya dilakukan
setelah adonan dingin. |
7. |
Bahan baku yang telah dingin dicetak
dengan penggiling daging dan akan diperoleh bentuk
batangan-batangan. Batangan basah tersebut dipotongpotong
sepanjang 3 cm. |
8. |
Pelet basah yang telah dipotong-potong
dijemur sampai kadar airnya 10- 20%. Pengeringan
dihentikan apabila pelet kering, keras dan mudah
patah. |
|
e) |
Bentuk Remah dan Tepung
1. |
Keduanya berasal dari pellet yang
sudah kering. Pellet digiling lagi dengan penggiling
kopi. Besar kecilnya ukuran butiran tergantung kendor
kencangnya setelan gigi-gigi penggilas alat penggiling. |
2. |
Tepung kasar dan halus dipisahkan
dengan ayakan.
- |
Untuk benih berumur
20-40 hari, mata saringnya 40-75 sampai 75-105
mikron. |
- |
Untuk benih berumur 40-80 hari,
mata saringnya > 105 mikron. |
|
|
f) |
Bentuk Lembaran
1. |
Kuning telur ayam dikopyok sampai
lumat, sambil berangsur-angsur ditambah air 100
ml, kemudian ditambah 20 gram tepung terigu. |
2. |
Adonan dipanaskan sambil terus diaduk
sampai adonan mengental menjadi emulsiarutan emulsi
yang masih panas dan encer, dioleskan tipistipis
dan tipis-tipis di atas lempeng aluminium, kemudian
dipanggang sampai mengering dan akan mengelupas
sendiri. |
3. |
Lapisan yang telah mengelupas, dikumpulkan.
Dalam keadaan demikian mudah pecah-pecah menjadi
kepingan-kepingan kecil. |
|
|
|