1. Pemilihan Induk (bibit) dan penyimpanan
1.1. Pemilihan induk (bibit) dan penyimpanan
Untuk
memilih induk yang baik diperlukan pengalaman. Namum demikian sebagai
pedoman praktis ciri ciri induk ikan nila merah yang baik antara lain :
- Umur antara 4 – 5 bulan dan bobot 100-150 g. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500 – 600 g.
-
Tanda nila jantan, warna badan lebih gelap dari betina, bila waktunya
mijah, bagian tepi sirip berwarna merah cerah, sifatnya galak terutama
terhadap jantan lainnya. Alat kelamin berupa tonjolan (papila) di
belakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk
mengeluarkan sperma. Tulang rahang melebar ke belakang yang memberi
kesan kokoh. Bila tiba waktunya memijah, sperma yang berwarna putih
dapat dikeluarkan dengan pengurutan perut ikan ke arah belakang. Sisik
nila jantan lebih besar dari pada nila betina. Sisik di bawah dagu dan
perut berwarna gelap. Sirip punggung dan ekor bergaris yang terputus
putus.
-
Tanda nila betina, alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus.
Namun pada tonjolan itu ada 2 lubang. Lubang yang depan untuk
mengeluarkan telur, sedang lubang belakang untuk mengeluarkan air seni.
Warna tubuh lebih cerah dibanding dengan jantan dan gerakannya lamban.
Bila telah mengandung telur yang matang (saat hampir mijah), perutnnya
tampak membesar. Namun bila perutnya di urut tidak ada cairan atau telur
yang keluar. Sisik di bawah dagu dan perut berwarna putih/cerah. Sirip
punggung dan ekor bergaris garis tidak terputus putus.
1.2. Penyimpanan induk.
- Kolam penyimpanan induk dibuat minimum ukuran 2 x 1 m, kedalaman 0,75 m untuk 2 ekor indukan, aliran air minimal 1 L/menit/m2
- Pakan diberikan 3 % x bobot total induk 3 kali sehari
- Induk jantan dan betina disimpan secara terpisah.
- Padat penebaran induk 1 ekor/m2.
2. Pematangan gonad dan telur induk.
-
Pematangan gonad dan telur induk merupakan tahap pertama dalam
pemijahan benih. Dalam bak penyimpanan aliran air paling sedikit 0,8
L/menit.
-
Induk diberi pakan (pelet), 3 % x bobot total induk dan diberikan
sebanyak 3 kali sehari, yang mengandung protein sebanyak 30-40 % dengan
kandungan lemak tidak lebih dari 3 %.Perlu pula ditambahkan vitamin E
dan C yang berasal dari taoge dan daun daunan/sayuran yang di iris.
Komposisi pakan dapat dilihat pada Tabel
-
Kurang lebih 2 minggu kemudian, induk sudah mengalami matang gonad dan
telur. Pada saat itu induk sudah dapat dipijahkan. Bobot induk antara
500 – 600 g/ ekor.
3. Pemijahan dan penetasan telur.
-
Untuk kolam yang luasnya 100 m2 dapat ditebari induk nila sebanyak 90
ekor yang terdiri dari 30 ekor jantan dan 60 ekor betina.
-
Bila telah mendapatkan pasangan, ikan jantan membuat cekungan di dasar
kolam sebagai tempat pemijahan. Cekungan berbentuk bulat cekung dengan
garis tengah kira 30-50 cm atau tergantung ukuran induk ikan.
-
Setelah cekungan selesai dibuat, pasangan ikan nila melakukan pemijahan
pada saat matahari terbenam, selama proses pemijahan induk betina
berada di dalam cekungan. Kemudian induk jantan mendekati induk betina
dan pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya. Telur telur itu
tersimpan dalam cekungan dan dalam waktu yang bersamaan induk jantan
menghamburkan spermanya di situ dan terjadilah pembuahan (fertiliasi)
telur.
-
Pelepasan telur terjadi beberapa kali dalam jarak waktu beberapa menit.
Waktu yang diperlukan untuk pemijahan kurang lebih 10-15 menit. Sekali
bertelur induk nila dapat mengeluarkan telur 300 -3000 butir, tergantung
berat dan umur induk betina. Sebaiknya induk betina nila dipijahkan
sampai umur 2 tahun.
-
Telur yang telah dibuahi lalu di kulum oleh induk betina di dalam
rongga mulut untuk dierami, selama mengerami telur induk betina tidak
makan sehingga kelihatan kurus.
-
Selesai pemijahan induk nila jantan pergi meninggalkan induk betina.
Beberapa hari kemudian induk jantan itu dapat melakukan perkawinan
dengan betina lainnya.
-
Telur menetas setelah 2 hari, anak nila (burayak) yang baru menetas
masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru menetas
antara 0,9 – 1 mm. Burayak ini masih terus tinggal di dalam mulut
induknya sampai 5-7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah
itu burayak mulai mencari makan di luar mulut induknya.
-
Ketika burayak belajar makan, burayak memakan zooplankton yang ukuran
kecil sekali. Apabila tidak terdapat zooplankton, pakannya dapat diganti
dengan bekatul atau tepung kedelai.
4. Pendederan
-
Pendederan benih adalah pemeliharaan benih ukuran lepas induk (ipukan),
yaitu kebul yang berumur 5-7 hari sampai ukuran siap tebar untuk
pembesaran yang berbobot 100 g/ekor. Pada pembenihan secara intensif
pada umumnya ada 3 tahap pendederan
-
Luas kolam pendederan dibuat antara 100 m2. Kolam pendederan disiapkan
dengan cara dikeringkan terlebih dahulu selama kira kira 3 hari.
Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan kapur tembok sebanyak 10 g/m2
(untuk kolam baru 100-250 g/m2), kotoran ayam 25 g/m2, urea 2 g/m2, TSP 5
g/m2. Jika didalam kolam sering tumbuh lumut hijau (Spirogyra)
sebaiknya jangan di pupuk urea. Setelah pupuh di dasar kolam rata, kolam
dapat di aliri air sampai setinggi 0,5 m selama 5-7 hari. Sebelum air
masuk ke kolam pendederan, air tersebut harus di saring dahulu dalam bak
filter sehingga air menjadi bersih.
- Pendederan Tahap I
-
Pendederan Tahap I ini menggunakan benih ukuran kebul (lepas
induk/ipukan) dengan padat tebar 300 ekor/m2. Benih diberi pakan emulsi
dengan formula tertentu. Jumlah pakan yang diberikan tergantung dari
umur benih. Untuk ukuran lepas induk/ipukan diberi pakan sebanyak 1
g/1000 ekor yang diberikan 6-8 kali sehari, benih umur 5-10 hari
sebanyak 2 g/1000 ekor dengan 6-8 kali sehari, dan untuk benih umur
10-15 hari sebanyak 3 g/1000 ekor dengan 6-8 kali sehari.
-
Debit air yang masuk ke kolam pendederan harus diatur, yaitu sekitar
100 ml/detik. Kedalaman air 0,5 m. Benih dipelihara selama 12-15 hari,
benih yang dipanen rata rata dapat mencapai 80-90 % dengan ukuran 3-5
cm/ekor.
- Pendederan II dan III
-
Persiapan pendederan II dan III tidak jauh berbeda dengan pendederan I,
hanya dalam
pedederan II ini padat tebar menjadi 100 ekor/m2. Benih
diberi pakan tambahan berupa
tepung dengan formula tertentu pada minggu
ke I dan remah pada minggu –minggu
selanjutnya sebanyak 5 x bobot benih
tebar yang diberikan 6-8 kali sehari
- Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panen dapat mencapai 70-80%
dengan ukuran 8-12 cm/ekor.
-
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 g/ekor, maka dilanjutkan dengan
pendederan
III, padat tebar 50 ekor/m2. Pada pendederan III ini benih
diberi pakan remah dengan
formula tertentu sebanyak 4 x bobot tebar
benih yang diberikan 5 kali sehari pada minggu
ke I. Untuk minggu
selanjutnya benih diberi pakan pelet 2 mm dengan formula tertentu,
sebanyak 3 x bobot total benih, diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
Hasil panen dapat
mencapai 65-80 % dan rata rata ukuran benih 100-130
g/ekor.
-
Pembesaran benih ikan berumur 81 hari (100 g) sampai dengan yang
dibutuhkan untuk Konsumsi atau
untuk Induk. Diberi pakan pelet 3 kali
sehari.
PAKAN BENIH
Pakan Buatan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan yang terdiri dari :
1. Emulsi
2. Tepung dan remah
3. Pelet
1.1 Emulsi
- Emulsi
merupakan bentuk pakan tambahan untuk benih yang berumur 5-21 hari
(lepas hapa). Bahan pakan benih ikan ini dibuat dari kuning telur (ayam
atau bebek) dan tepung kedelai dengan perbandingan 1:1 ditambah vitamin 1
%.
- Cara
membuat emulsi adalah dengan melarutkan sebutir kuning telur (itik atau
ayam) kedalam 200 ml air matang ditambah 40 g tepung kedelai halus, 5 g
tepung sagu (sejenisnya) sebagi perekat, 1 g vitamin.
- Campurkan bahan bahan tersebut diaduk sampai rata sambil dipanaskan sampai berbentuk emulsi.
- Pakan
ini cukup untuk benih seberat 1 kg yang diberikan 6-8 kali sehari
selama 5 hari. Pakan ini diberikan dengan cara disemprotkan merata
diatas permukaan air.
- Pakan
emulsi ini tidak boleh disimpan di udara terbuka lebi dari 10 jam.
Sebaiknya disimpan dalam lemari es atau membuatnya hanya setiap akan
memberi pakan.
2.1 Tepung dan remah
- Tepung
merupakan pakan tambahan benih ikan yang berumur 21-40 hari. Jenis
pakan ini terdiri dari tepung halus, yang dibuat dari pelet kering yang
digiling halus.
- Untuk benih yang berumur 41-80 hari, diberi pakan remah berupa pecahan pelet kering (pelet yang dipecah).
3.1 Pelet.
- Pelet
adalah pakan tambahan yang dicetak berbentuk butiran dan diberikan
untuk tahah pembesaran. Formulasi pelet bermacam macam tergantung dari
bahan dasarnya. Berikut ini adalah contoh formulasi pelet :
- Tepung ikan —————- 50 %
- Tepung Kedelai ———— 30 %
- Tepung terigu ————– 13 %
- Kuning telur —————- 5 %
- Premix ———————– - 2 %
Blogger Comment
Facebook Comment