Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia
) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan
produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan
nila lain. Selain itu,
ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya
akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio
), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring
apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan
ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu
jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping
itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g
pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan
pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk mengantisipasi kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal
) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron
selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan
ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara
terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan
secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang
dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk
jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak. Budidaya
nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah
25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
Ada
segi positif dari budidaya ikan nila di tambak yaitu
pertumbuhannya lebih cepatdibandingkan di kolam atau di jaring
apung. Ikan nila ukuran
5-8 cm yang dibudidayakan di tambak selam 2,5 bulan dapat
mencapai 200 g, sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang
sama diperlukan waktu 4 bulan.
Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh
kerena itu, ikan nila layak untuk digunakan sebagai bahan baku
dalam industri fillet dan bentuk-bentuk olahan lain.
A. Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam
sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat , tidak porous (
rembes ), ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari
permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan
luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan
dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing dan
lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman
babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar
matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk
ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang
melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan
keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ). Setelah
selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ),
induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan
selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35
%.
Setelah
dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya
induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva
yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva
-larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan
yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam
happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan
larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan
duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam
satu happa.
B. Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monoseks ) maka dilakukan proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal 1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva
diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon
17 Alpha Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan
selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah
pengapuran dan pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan
sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari,
diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah
kolam pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil
proses jantanisasi dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-5 cm ) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan awal. Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan airnya.
Ikan
mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila
perutnya dalam keadaan kosong dan suhu air media relatif
dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1 hari. Pengangkutan
menggunakan kantong plastik, dimana seper empat bagian berisi
air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi
es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama benih ikan ). Kantong
plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm
maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong
sekitar 10 jam.
C. Pembesaran di Tambak
Usaha
pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur,
mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Untuk
pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah
tambak diperbaiki pematangnya,
saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah. Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah. Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran +
1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat
ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif
terhadap pakan. Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2. Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
Selama
masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk
pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan
dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus
berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).
Pada
awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm,
dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan
ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat
bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan
target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama
diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah
sekitar enam bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima. Selainitu,
untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan
yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan
penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam
proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat
menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
0 comments:
Post a Comment