Alga hijau merupakan kelompok
terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi
chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi
lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumubuhan
tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih
dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa
amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilose dan amilopektin.
Alga ini merupakan kelompok alga yang paling beragam,
karena ada yang bersel tunggal, berkoloni, dan bersel banyak. Banyak
terdapat didanau, kolam, tetapi banyak juga yang hidup di laut. Gangang
hijau meliputi sebanyak sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air
maupun di darat. Sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun
golongan ini secara keseluruhan lebih khas bagi gangang air tawar.
Gangang hijau tidak menunjukkan derajat diferensiasi yang tinggi,
sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel tunggal atau juga
koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada beberapa genus
misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara),
tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan
gangang merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang
hijau sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.
Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya
bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun phitoplankton.
Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen klorofil
yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau
merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari
Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan sengan
nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel Chlorella masih pula memiliki
chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam
divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan
susunan chloroplas. Menurut Levavaseur (1989), bahwa pigmen-pigmen
photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan mengandung
siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan berupa pati.
Gangang hijau dapat dijadikan tumpuan utama dalam
mempelajari evolusi, khususnya sebagai titik tolak garis evolusi, karena
tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di darat dan umumnya sedemikian
terspesialisasinya, mungkin berasal dari gangang hijau purba.
Bentuk-bentuk gangang hijau tertentu yang hidup sekarang ini mewakili
tingkatan-tingkatan dalam evolusi tersebut, karena kemungkinan besar
bahwa banyak gangang yang hidup sekarang telah mengalami perubahan hanya
sedikit dalam kurun waktu geologis yang panjang dan boleh dikatakan
tetap tinggal primitif. Jenis-jenis seperti itu tidak membentuk
tipe-tipe yang lebih maju dan hanya dapat diwakili cabang-cabang rendah
pada pohon evolusi. Tetapi karena jenis gangang itu juga mewakili peranan
tumbuhan purba dalam sejarah kehidupan organisme, maka tumbuhan ini
tetap berfaedah sebagai bahan studi. Maka dalam pembahasan tentang
gangang hijau ini, dapat kita pertimbangkan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya evolusi bagi jenis-jenis lain serta tipe-tipe
gangang yang lebih maju, dan petunjuk-petunjuk apa saja yang dapat
memberikan sifat-sifat nenek moyang yang diturunkan kepada berbagai
macam tumbuhan di muka bumi ini.
Ciri Umum Chlorophyta
Chlorophyta atau alga hijau sebagian besar hidup di
air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada
umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi
surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Siphonales.
Chlorophyta terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk
benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada juga yang berbentuk koloni
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Gangang hijau atau
chlorophyta meliputi sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air
maupun yang hidup di darat, sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut,
namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas sebagai gangang air
tawar. Bahkan ada jenis-jenis Chlorophyta yang hidup pada tanah-tanah
yang basah, bahkan ada diantaranya tahan akan kekeringan, sebagian juga
lainnya hidup bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada binatang rendah.
Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit,
terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau,
genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan,
tanah lembab dan kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia).
Beberapa anggotanya hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup
sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan
ataupun hewan.
b. SUSUNAN TUBUH
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta
yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang
yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi
tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:
-
Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
-
Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
-
Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
-
Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
-
Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium
-
Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
-
Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
-
Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
-
Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa
c. SUSUNAN SEL
Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian
dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi
beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak
mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel
Caulerpales mengandung xylhan atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae
mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi.
Dinding sel selain disusn oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel
terbut juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi
oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas
atau lebih. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang
disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.
Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap.
Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b,
beta-karoten serta berbagai macam xantofil, luten, violaxanthin,
zeaxanthin. Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel
(parietal), contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid,
yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi
oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi
berupa tepung dan lemak.
Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu
penting untuk klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk
kloroplas sebagai berikut :
-
Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas
-
Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
-
Bentuk cakram, contoh : Chara
-
Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
-
Bentuk spiral, contoh : Spirogyra
-
Bentuk bintang, contoh : Zygnema
Inti Sel
Inti dari Chlorophyceae seperti
pada tumbuhan tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat
nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota
misalnya jenis yang tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan amilum
seperti pada tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak
bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin.
Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan
protein dalam plastida disebut piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi
oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi
berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid
dan jenis yang demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah
tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan
alat digunakan sebagai taksonomi.
Flagel
Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun
sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada kelas
Chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang
(isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe
stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat luas disebut
aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela
disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun
oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet
mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2,
flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
2. Pergerakan dengan sekresi lendir
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi
pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium.
Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang diduga oleh
adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari
sel. Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi
yang lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.
Perkembangbiakan
Reproduksi seksual merupakan salah satu ciri yang
paling terkemuka pada tumbuhan darat. Sudah barang tentu aspek tunbuhan
ini merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena buah dan biji
sebagai bahan makananya hanya dihasilkan sebagai akibat proses seksual.
Karena itulah sangat menarik untuk mencoba mengenali
tingkatan-tingkatan yang menuju ke arah metode pembiakan secara sexual
yang telah sedemikian terspesialisasinya dan sekarang hal ini merupakan
ciri khas bagi tumbuhan tingkat tinggi.
Kita dapat mencari diantara ganggang ini bentuk –
bentuk yang mewakili tingkatan evolusi yang dijalani tumbuhan dalam hal
metode reproduksi sexual yang lebih maju. Dalam hubungan ini, baik Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix
mewakili metode reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet
motil yang bentuk luarnya serupa keluar dari sel-sel induknya yang tidak
bersifat khusus dan akhirnya saling melebur diri dalam air. Oedogonium
sebaliknya, memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual
(oogami), yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar
nonmotil dan sperma motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini
mempunyai alat kelamin oogonium dan anteridium yang terbentuk secara
khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh gangang
tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air
setelah gamet itu dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil
tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan sperma harus berenang menuju
telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga bahwa Ulothrix dan Oedogonium
itu sendiri merupakan nenek moyang tumbuhan tingkat tinggi, namun
memang terdapat ciri – ciri dalam siklus hidupnya yang menunjukan
tingkatan evolusi tumbuhan biji yang hidup dewasa ini.
Pada tumbuhan tingkat tinggi tumbuhan biji tertutup,
tumbuhan biji terbuka, dan lain-lainnya, oogami merupakan ciri tetap.
Tumbuhan dapat yang paling primitif, berpembuluh ataupun tidak,
kesemuanya mengadakan oogami. Karena Oedogonium, dapat mewakili
suatu tingkatan evolusi yang prosesnya boleh jadi dicapai selama
perpindahan cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat,
namun hal itu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk
mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu suatu sifat yang hakiki pada
gangang.
Berdasarkan berbagai pengertian dan pembahasan
diatas maka secara umum perkembangbiakan ganging hijau dapat dibagi
kedalam tiga cara, yaitu :
Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel.
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus
yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan
sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena
itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi
beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangin. Zoospora
setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang
sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk
dinding, selama poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk
mempertahankan diri.
Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara
asexual terjadi dengan pembentukan zoospore, yang berbentuk buah per
dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap pada ujungnya,
mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah,
dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan dengan pembentukan :
-
Aplanospora
-
Hipnospora
-
Autospora
3. Secara sexual
Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu :
isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang
berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hidup
yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis
termasuk tipe diolohaplonthik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual
yang paling sederhana dan menunjukan kea rah anisogami. Pada tipe
anisogami masing – masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak
sama, sedangkan yang lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami
masing – masing jenis telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun
bentuknya.
Pergiliran Generasi
Tidak hanya asal usul reproduksi
sesual tetapi juga tentang asal – usul pergiliran generasi yang erat
hubunganya dengan proses seksual, pada ganging pun dapat diikuti
jejaknya. Pada siklus hidup tumbuhan biji tertutup, fase yang paling
terkemuka dan dominan yaitu tumbuhan itu sendiri termasuk generasi
sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga berlaku bagi semua tumbuhan
berpembuluh lainnya. Generasi gametofit yang berikutnya merupakan fase
dalam siklus hidupnya yang tidak menonjol dan fase tereduksi (berumur
singkat).
Meskipun demikian, tubuh tumbuhan tidak selalu
merupakan gase diploid. Pada gangang terdapat hal yang sangat beragam
pada sifat ke dua generasinya. Tubuh tumbuhan kebanyakan koloni gangang
hijau yang berfilamen dan yang tidak termasuk generasi haploid atau
gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid, atau
gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang
dapat saling melebur diri membentuk zigot. Zigot ini merupakan sporofit,
karena meiosis terjadi pada zigot berkecambah. Pada Oedogonium
misalnya, telur yang telah dibuahi merupakan satu – satunya sel
diploid, sedangkan kesemua struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi
filament, zoospore asexual, gamet, dan spora – spora yang terbentuk
sesudah meiosis, termasuk generasi gametofit.
Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan, nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing – masing dengan jumlah kromosom n
(haploid). Tiga dari keempat nucleus itu gugur, namun nucleus yang
keempat menjadi nucleus sel pertama filament yang baru. Asal – usul
tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat diploid tidak dapat di cari diantara
spesies semacam itu, karena semua struktur vegetatifnya termasuk
generasi gametofit.
Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada
gangang ialah yang generasi diploidnya merupakan fase menyolok dalam
siklus hidupnya, sedang generasi haploid menjadi terdesak dan ada
kemungkinan sangat tereduksi. Siklus hidup semacam itu, yang mendekati
daur hidup tumbuhan biji, terutama ditemukan di antara gangang coklat.
Pada tipe ketiga kedua generasi tidak tergantung sesamanya, dan banyak
persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus hidup semacam itu dijumpai
pada gangang hijau tertentu, beberapa jenisgangang coklat, dan
kebanyakan gangang merah. Bagaimanapu, gangang mrah dan coklat tidak
dapat diterima sebagai nenek moyang suatu bentuk kehidupantumbuhan
tingkat tinggi. Perlengkapan untuk fotosintesis golongan gangang
tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi, dan
kedua macam algae tersebut telah menjadi sedemikian terspesialisasinya
sesuai dengan kehidupan di laut.
Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :
-
Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit)
-
Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan tumbuhan gametofit)
Pola Daur Hidup
Ada 2 macam pola daur hidup, yaitu :
-
Haplobiontik yaitu selama pergiliran keturunannya golongan tumbuhan ini hanya mempunyai satu macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid.
-
Diplobiontik yaitu tumbuhan yang di dalam pergiliran keturunannya mempunyai 2 macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid dan tumbuhan yang bersifat diploid.
Menurut Smith (1955) klas dari Chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu :
-
Volvocales
-
Tetrasporales
-
Ulotrichales
-
Oedogenales
-
Ulvales
-
Schizogonales
-
Chlorococales
-
Siphonales
-
Siphonacladades
-
Zygnematales
Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 klas Chlorophyta yaitu :
-
Micromunadophyceae
-
Charophyceae
-
Ulvophyceae
-
Pleurastrohyceae
-
Chloophyceae
Klas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 8 bangsa (ordo), yaitu :
-
Volvocales : sel – sel flagelata dan berkoloni dinding glicoprotein
- Tetrasporales : aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel -sel dengan vacuola contractile, tibih basal dan bentuk mata, dinding glicoprotein
- Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak Vacuola contractile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk paa tahap reproduksi saja.
- Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
- Ulvales : parenchymatous sel
- Oedogonialies : filament – felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel Uninucleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma.
- Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel Multinicleat, filamen atau sascate thalli
- Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus; Siphonaxanthin; dinding selulosa, mannans atau xylan.
Beberapa Contoh Species Divisi Chlorophyta
1. Desmid
Desmid adalah gangang hijau yang hidup di
air dan dapat mengapung bebas, kebanyakan bersel tunggal, meskipun
kadang – kadang sel – selnya saling bertautan dari ujung ke ujung untuk
membentuk suatu koloni seperti filament. Kebanyakan desmid itu mempunyai
tanda – tannda khasberupa penyempitan di bagian tengah yang membagi sel
menjadidua bagian sama besar, masing – masing mengandung satu atau dua
kloroplas besar. Banyak sekali spesies desmid telah diketahui. Tempat tumbuhnyatersebar luas dan umum terdapat di kolam – kulam dan danau – danau.
2. Ulothrix
Pada gangang ini filamennya juga tidak
bercabnag-cabang, melainkan terdiri dari sebaris sel yang silindris dan
pendek berkaitan pada ujung pangkalnya. Sel pangkal biasanya berubah
menjadi pelengkap. Tumbuhan ini dijumpai menempel pada batu – batuan dan
benda lain dalam sungai kecil dan danau, tetapi juga terdapat dalam
masa yang terapung bebas, sebagaimana Spirogyra di permukaan air. Setiap
sel hanya mengandung kloroplas yang bentuknya seperti sabuk yang
terbuka pada kedua ujungnya. Kloroplas itu dapat mengambil bentuk
silinder yang sempurna atau hanya sekitar sebagian selnya, dan
mengandung satu atau beberapa pirenoid. Reproduksi asexual pada Ulothrix berlangsung dengan fragmentasi dan zoospore. Pembentukan zoospore pada Ulothrix dapat
dikemukakan sebagai contoh dipertahankannya sifat nenek moyang dalam
ontogeny lebih kemudian ke tumbuhan yang bersangkutan. Zoospore Ulothrix dengan
demikian dapat mewakili tingkatan permulaan dalam evolusi tumbuhan
bersel banyak, tingkatan tersebut merupakan periode pertumbuhan bersel
tunggal dan serupa dengan golongan flagelata yang hidup sekarang. Ulothrix, bilamana berkembangbiak dengan zoospora, dengan demikian dapat memberikan bukti mengenai nenek moyang golongan flagelata.
3. Spirogyra
Studi tentang gangang berfilamen dimulai secara tepat dengan pertimbangan beberapa spesies tumbuhan yang dikenal sebagai spirogyra,
yang berukuran besar, mudah diidentifikasi, dan mempunyai daerah
penyebaran yang luas. Tmbuhan ini, yang membentuk massa berwarna hijau
cerah di permukaan kolam dan sungai beraliran tenang, kerap kali disebut
kekam kola. Benang – benangnya tidak bercabang. Setiap sel mengandung
sebutir kloroplas, atau pada beberapa spesies bahkan dapat lebih banyak.
Kloroplas yang umumnya besar itu terikat dalam sitoplasma tepat di
dalam dinding sel. Plastid itu merupakan badan seperti pita dengan tepi –
tepi tidak rata, berpilin – pilin dari pangkal sampai ke ujung sel.
Pirenoid – pirenoid yang dikelilingi oleh butiran pati, terikat dalam
plastid pada selang waktu yang beraturan dan merupakan cirri – cirri
menyolok pada selnya. Sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat.
Nukleus, yang dikelilingi suatu kelubung sitoplasma, terdapat di tengah –
tengah sel, yang dihubung – hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas
sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi. Reprodukso aseksual pada Spirogyra,
ternyata amat sedrhana, Karen setiap sel akan tumbuh dan membentuk
suuatu filament. Karena pengaruh aliran air atau pemberian makanan
kepada ikan atau binatang yang kecil akan memungkinkan fragmentasi
sehingga terbentuk taaman – tanaman baru. Repoduksi seksual menyertakan
peleburan dua gamet nonmotil biasanya berasal dari dua filamen yang
berainan, lalu menghasilkan zigospora bulat atau bulat telur. Bilamana
ada dua filament berdekatan, maka zat berlendir akan melekat padanya.
Dari setiap sel yang berhadapan akan tumbh papilla yang disebut tunas.
4. Protococcus
Organism ini adalah salah satu dari gangang hijau
bersel tunggal yang paling umum ditemukan di mana – mana, hidup di
darat, tumbuh sebagai selaput tipis berwarna hijau pada batu – batuan
yang selalu lembab, dinding, tongak -tongak pagar, dan dengan pohon.
Selnya bulat dan mengandung satu kloroplas besar dan tercuping tepat di
dalam dinding sel. Satu – satunya cara perkembangbiakan yang diketahui
adalah dengan pembelahan sel, yang dapat berlangsung pada salah satu
dari ketiga bidang belahnya. Sel – sel anak yang terbentuk dapat
memisahkan diri atau dapat pula tetap tinggal berlekatan untuk sementara
dalam kelompok yang terdiri atas dua, empat, delapan sel atau bahkan
lebih. Protococcus dianggap anggota family gangang berfilamen
yang mengalami pertumbuhan teredeksi dengan demikian tidak mempunyai
arti penting adlam evolusi tumbuhan tungkat tinggi. Gangang bersel
tunggal lainnya yang agak serupa dijadikan contoh untuk mewakili tingkat
permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak.
Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas,
tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh dengan
pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk
masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk
silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini
berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan zoospore
berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi
seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara
garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang
berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu
-satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium.
Peranan Chlorophyta
Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :
-
Produsen dari ekosistem air
-
Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E)
0 comments:
Post a Comment