Games

Showing posts with label Hadits. Show all posts
Showing posts with label Hadits. Show all posts

Mukadimah Ilmu Hadits

Berkata Asy-Syaikh ‘Izzudin ibnu Jama’ah:

عِلْمُ الْحَدِيْثِ عِلْمٌ بِقَوَانِيْنَ يُعْرَفُ بِهَا أَحْوَالُ السَّنَدِ وَالْمَتَنِ
“Ilmu hadits adalah ilmu tentang kaidah-kaidah dasar untuk mengetahui keadaan suatu sanad atau matan.”
Topik Pembahasan Ilmu Hadits
Topik pembahasan ilmu hadits adalah sanad dan matan.
Tujuan Mempelajari Ilmu Hadits
Mengetahui hadits-hadits yang shahih dari yang selainnya.
Sanad atau Isnad
السَّنَدُ أَوِ (الإِسْنَادُ): هُوَ سِلْسِلَةُ الرُّوَاةِ الْمَوْصِلَةُ إِلَى الْمَتَنِ
Sanad atau isnad yaitu silsilah (mata rantai) perawi yang menghubungkan kepada suatu matan.
Matan
الْمَتَنُ: هُوَ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنْ كَلاَمٍ
Matan adalah ucapan atau kalimat yang berhenti padanya sebuah sanad.
Contoh sanad dan matan:
قال الإمام البخاري رحمه الله تعالى:
Berkata Imam Al-Bukhari rahimahullaahu:
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الأَنْصَارِيُّ قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ التَّيْمِيُّ أَنَهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ إِلَى إِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»۱
Sanad hadits yaitu perkataan Imam Al-Bukhari rahimahullâhu حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللهِ بْنُ الزُّبَيْرِ sampai perkataan beliau سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ
Matan hadits yaitu sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ» sampai sabda beliau «فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
Perawi hadits, mereka adalah: Al-Humaidi ‘Abdullah bin Az-Zubair, Sufyan, Yahya bin Said Al-Anshari, Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, ‘Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi, dan ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu.
Shahabat yang meriwayatkan hadits tersebut adalah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu.
Penulis hadits (yakni yang mengeluarkan hadits tersebut adalah Imam Al-Bukhari rahimahullaahu.
Apa makna perkataan الحَدِيْثُ أَخْرَجَهُ فُلاَنٌ “hadits ini dikeluarkan oleh fulan”?
Jawab: Makna perkataan الحَدِيْثُ أَخْرَجَهُ فُلاَنٌ adalah hadits tersebut dibawakan oleh fulan lengkap dengan sanadnya.
Hadits
الحَدِيْثُ: هُوَ مَا وَرَدَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ تَقْرِيْرٍ (سُكُوْتُ عَنْ فِعْلٍ حَدَثَ أَمَامَهُ) أَوْ صِفَةٍ (خَلْقِيَّةٍ أَوْ خُلُقِيَّةٍ)
Hadits ialah semua yang warid dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam baik yang berupa perkataan, perbuatan dan persetujuan (diamnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari perbuatan yang terjadi di hadapannya) atau sifat (postur tubuh/perilaku).
Contoh hadits qauli (perkataan):
Dari Umar bin Khaththab radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata:
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ إِلَى إِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
ِ
Aku mendengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya, barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia yang ingin dicapainya atau untuk wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
Contoh hadits fi’li (perbuatan):
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallaahu anhuma, ia berkata: “Dahulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun malam untuk shalat, menggosok giginya dengan siwak.”
Contoh hadits taqriri (persetujuan):
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ مِنَ الأَقِطِ والسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَّذُّرًا وَأَكَلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata: “Bibiku Ummu Hufaid pernah memberikan hadiah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa mentega, keju dan daging dhabb (sejenis biawak). Beliau makan keju dan menteganya, dan beliau meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, kemudian makanan yang dihidangkan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dimakan (oleh para shahabat). Jika (dhabb itu) haram, niscaya kami tidak akan makan hidangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.”
Contoh hadits washfi (sifat lahiriah):
عَنْ أَبِيْ إِحَاقَ قَالَ: سَمِعْتُ البَرَاءَ يَقُوْلُ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا أَحْسَنَهُ خَلْقًا لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ الْبَائِنِ وَلاَ بِالْقَصِيْرِ
Dari Abi Ishaq, berkata: “Aku mendengar Al-Bara’ radhiyallaahu ‘anhu mengatakan: ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik (tampan) wajahnya, paling bagus postur tubuhnya, tidak tinggi jangkung dan tidak terlalu pendek.’”
Contoh hadits washfi (sifat batiniah/akhlaq/perilaku):
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, berkata: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaqnya.”
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: خَدَمْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعَ سِنِيْنَ فَمَا أَعْلَمُهُ قَالَ لِي قَطُّ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا وَلاَ عَابَ عَلَيَّ شَيْئًا قَطُّ
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu juga, ia berkata: “Aku mengabdi kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam selama sembilan tahun, sekalipun aku tidak pernah mendengar (mengetahui) beliau mengatakan kepadaku: ‘Kenapa kamu melakukan seperti ini dan seperti itu?’ Beliau juga tidak pernah mencelaku sedikitpun.”
Apa perbedaan antara hadits, atsar, dan khabar?
- Hadits khusus hanya digunakan untuk segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
- Adapun atsar, khusus digunakan untuk segala sesuatu yang disandarkan kepada selain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan shahabat, tabi’in, dan orang-orang sesudah mereka.
Kadang-kadang atsar ini digunakan untuk khabar-khabar yang disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, namun dengan taqyid (catatan). Contohnya seperti perkataan: “Dan di dalam atsar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ….” Adapun secara mutlak, atsar berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada para shahabat dan orang-orang yang setelah mereka.
Contoh atsar:
Perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullaahu tentang hukum shalat di belakang ahlul bid’ah:
وَقَالَ الْحَسَنُ: صَلِّ وَعَلَيْهِ بِدَعَتُهُ
“Shalatlah (di belakangnya), dan tanggungan dia bid’ah yang dia kerjakan.”
- Sedangkan khabar lebih umum, mencakup hadits dan atsar.
Hadits dilihat dari segi diterima atau tidaknya terbagi menjadi tiga, yaitu: shahih, hasan, dan dha’if.
Footnote:
(۱) هكذا أخرجه البخاري، باب: كيف كان بدء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم … بدون قوله صلى الله عليه وسلم «فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله»
1 Demikian hadits ini dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullaahu, bab: “Kaifa kaana bada’ul wahyi ilaa Rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam” tanpa lafazh:
«فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ»
(Dinukil dari شرح المنظومة البيقونية karya Abul Harits Muhammad bin Ibrahim Khiraj As-Salafi Al-Jazairi, edisi Indonesia: Mengenal Kaidah Dasar Ilmu Hadits (Penjelasan Al-Manzhumah Al-Baiquniyah), penerjemah: Abu Hudzaifah, penerbit: Maktabah Al-Ghuroba’ Sukoharjo, cet. ke-2 Juni 2008M, hal. 8-13


Ikan Patin Dapat Dibudidayakan di Kolam Terpal

Budidaya ikan patin sangat mudah untuk dilakukan dan tidak begitu memerlukan perlakuan khusus, bisa dibilang sama seperti pada budidaya ikan air tawar lainnya. Seiring dengan kebutuhan masyarakat pada konsumsi ikan, budidaya ikan patin saat ini mulai berkembang dan dilirik oleh sebagian besar petani ikan.

Deni Rusmawan, salah seorang pembudidaya ikan patin asal Sukabumi, Jawa Barat, bilang, budidaya ikan patin terbagi dalam tiga tahap. Yaitu, tahap pembenihan, pendederan dan pembesaran. Di tahap pembenihan, pebudidaya fokus pada usaha penetasan telur ikan patin hingga menjadi benih.
Menurut Deni, proses pembenihan ini memakan waktu sekitar 20 hari sampai benih patin mencapai panjang 1 inci. “kalau sudah 1 inci benih ikan patin siap dijual,” ujar Deni.
Sedangkan pendederan merupakan tahap pembesaran benih hingga panjangnya mencapai 3 inci. Ikan patin dengan ukuran ini juga bisa dijadikan bibit.
Pendederan ini untuk memenuhi permintaan pelanggan yang menginginkan benih ikan patin siap tebar di kolam. Lamanya tahap pendederan ini memakan waktu 1,5 bulan.
Pada proses pembesaran, ikan patin digemukkan hingga mencapai berat yang diinginkan. “Biasanya sampai beratnya 0,5 kilogram (kg) atau 1 kg,” jelas Deni.
Dari panjang 3 inci hingga mencapai berat 1 kg, kira-kira memerlukan waktu sekitar empat bulan. Untuk pemberian pakan, bisa menggunakan pelet ikan apa saja. Asal, kata Deni, ukuran pakan disesuaikan dengan diameter mulut ikan patin.
Bila dalam satu kolam menampung 5.000 ekor patin dan ingin menghasilkan total bobot 100 kg, pemberian pakannya mencapai sekitar 10% dari total target berat hasil panenan.
“Jadi kalau ingin menghasilkan 100 kg ikan, pemberian pakannya 10 kg selama proses pembesaran tersebut,” ujar Deni.
Retno Kintoko, pembudidaya patin asal Subang, Jawa Barat, menambahkan, jenis kolam bisa mengurangi ongkos produksi. Menurutnya, budidaya ikan patin bisa dilakukan di sudut-sudut rumah dengan membangun kolam terpal.
Sifatnya yang semi permanen membuat kolam jenis ini dapat dipindah sesuai selera dan kebutuhan. Sementara untuk tahap pembenihan bisa dilakukan di akuarium. Maklum, dalam tahap pembenihan tidak memerlukan kolam besar.
Benih yang sudah menetas dipelihara di akuarium hingga berumur 15 hari. Setelah berumur 17-18 hari, benih dijarangkan di kolam pendederan yang lebih luas dengan menjaga kondisi lingkungan, makanan cukup, serta kualitas airnya.
 
Copyright © 2013. 'Azolla' Fish Farm - All Rights Reserved
Template Created by ThemeXpose