Games

Showing posts with label ikan gurame. Show all posts
Showing posts with label ikan gurame. Show all posts

Cara Pembenihan Ikan Gurame/ Gurami

Ikan Gurame (Osphronemus goramy) dikenal sebagai ikan air tawar yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat umumnya bahkan sampai diseluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan. Ikan Gurame ini merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici, berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat,Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia.


Mengingat ikan gurame ini enak dan lezat rasanya maka tidak heran jika perminataan dari para konsumen semakin banyak dan bertambah bahkan hingga kini Ikan gurami merupakan ikan yang cukup istimewa dan menjadi ikan faforit sebagai rajanya ikan air tawar.

Untuk postingan kita pada kesempatan ini penyuluh akan menjelaskan tentang Usaha Pembenihan Ikan gurami.

Kegiatan usaha pembenihan ikan Gurami ini memegang peranan penting dalam penyediaan benih yang akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi. Pada umumnya Kendala pembenihan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama dari larva hasil tetasan sampai benih ukuran 1 cm. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan penerapan teknik memelihara benih kecil (larva) dengan menggunakan akuarium, bak semen atau paso seperti halnya pada ikan hias. Dengan teknik ini maka semua tahap pembenihan mulai dari penetasan telur sampai pendederan benih dapat dikontrol secara efektif. Penggunan air dengan kualitas yang baik menjadi penunjang keberhasilan pembenihan gurami.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam usaha pembenihan khususnya ikan Gurame adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan gurami meliputi :

a. Pengeringan kolam

Sebelum dilakukan pemijahan kolam perlu dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan kolam pemijahan sebaiknya dilakukan selama 2 – 3 hari. Adapun maksud dan tujuan dari pada pengeringan kolam ini adalah untuk:
1. Membunuh hama dan sumber penyakit yang terdapat pada kolam.
2. Menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam,
3. Memberikan suasana baru bagi induk ikan gurami yang akan dipijahkan, karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam air yang akan merangsang induk ikan untuk memijah, dan menumbuhkan kelekap (plankton) di pinggir-pinggir kolam sebagai persediaan pakan bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan.

b. Pembersihan

Sebelum pemijahan dilakukan Kolam juga perlu dilakukan Pembersihan termasuk pada pematang yang dimulai dari rumput-rumput liar agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur oleh induk gurami atau tempat persembunyian hama pengganggu dan juga supaya bersih dari gangguan hama penyakit.

c. Pengisian air kolam

Pengisian air kolam ini dilakukan dengan ketinggian 70 – 100 cm, sehingga gurami memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya tersebut.

d. Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang,

Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang serta tidak jauh dari sosog, dibuat para-para dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami untuk memudahkan induk gurami membuat sarang dan meletakkan telur.

2. Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami :
a. Induk gurami jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurami betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.

Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir

Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)

3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat. Kolam pemeliharaan induk sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.
Tempat sarang berupa keranjang plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut kelapa dll) yang telah dipersiapkan di atas permukaan kolam.

Sarang yang telah berisi telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas sarang terdapat lapisan minyak. Lapisan minyak tersebut berasal dari telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan, dan induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi telur dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.

4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka sarang dapat dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen dilakukan dengan mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi air kolam. Penggunaan air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah (sama) untuk mengurangi kematian telur.

Untuk membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat dari warnanya. Telur yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan, telur yag mati/rusak berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan.
Telur mengalami kematian karena tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Setelah terserang, telur mati akan membusuk dan akan mengganggu perkembangan telur yang hidup.

Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-bak atau ember plastik, paso, atau akuarium. Kepadatan telur 150-175 butir per liter. Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan diisi air kolam dan air bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian diberi larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di wadah penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak penetasan diaerasi terlebih dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.

Setelah telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai kantong kuning telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat itulah larva mulai membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan..

Fitoplankton dan zooplankton merupakan pakan alami yang dapat diperoleh dengan cara memupuk kolam dengan pupuk kandang, misalnya kotoran ayam pedaging. Pakan selanjutnya yang diberikan pada larva adalah cacing sutera, dapat pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan

5. Parameter Kualitas Air
Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang Produksi Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :

a. Media pemijahan
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Laju pergantian air : 10 % - 15 % per hari

b. Media penetasan telur
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,7 – 8,6
3. Waktu penetasan telur : 36 – 48 jam
4. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

c. Media pemeliharaan larva
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

d. Media Pendederan Benih
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,5
3. Ketinggian air : 40 cm – 60 cm
4. Kecerahan : > 30 cm


Cara Budidaya Ikan Gurame Lengkap




Pengelolaan Indukan

Kolam yang digunakan sebagai kolam indukan dan kolam pemijahan gurame di P4S Kopses berukuran 3 x 5 m 2 . Perbandingan jumlah induk jantan : induk betina adalah sebagai berikut:
1. Kolam ukuran 3 x 5 m2 = 10 ekor , 2 jantan dan 8 betina
2. Kolam ukuran 10 x 10 m2 = 40 ekor 8 jantan dan 32 betina
Model pintu inlet (air masuk) dan pintu outlet kolam induk berupa paralon berdiameter 2,5 inchi suplay air harian, dengan maksud menambah oksigen di perairan. Kolam induk berdinding dan dasar kolam berupa tanah. Ketinggian air kolam induk 80 Cm.
Pemberian pakan berupa daun sente ( Alocasia macrohiza Schott) dan pellet. Pakan pellet diberikan 2 kali dalam sehari (pagi dan sore), dalam sehari jumlah pellet yang diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan kadar protein 28 %, pemberian pakan daun sente 1 kali selang 2 hari sebanyak 8 % dari berat badan, induk yang diberi pakan berupa daun dengan prosentase banyak, maka telur yang dihasilkan akan terurai dan tidak akan diselubungi selaput lemak. Dengan kondisi seperti ini, telur akan lebih mudah dibuahi sperma. Sebaliknya bila induk diberi pakan pellet dalam jumlah berlebihan maka telur akan menjadi lengket karena telur diselubungi oleh selaput lemak.

Pemijahan

Pemijahan dilaksanakan dalam satu kolam secara alami. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pemijahan adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air pemijahan. Cara menentukan kematangan gonad induk jantan adalah melihat tingkah lakunya yang selalu berenang beriringan bersama induk betina sambil mulai menyusun sarang. Sedangakan kematangan gonad betian dapat diketahui dengan meraba perut yang membesar dan terasa lunak serta dengan melihat tingkah lakunya di kolam yang selalu berenang berpasangan dengan induk jantan.

Ketika berada di habitat alaminya, induk gurami akan membuat sarang dari rerumputan atau bahan lainnya yang ada di perairan untuk dijadikan sarang telut. Induk yang dipelihara di kolam disesuaikan habitat aslinya dengan membuat tempat sarang dan bahan sarang. Sarang telur ditempatkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 5-10 cm dari permukaan air. Tempat sarang dibuat dari anyaman bambu (sosog) atau keranjang sampah dengan posisi mendatar sejajar permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang.

Bahan sarang yang dipakai adalah sabut kelapa , rajutan karung atau injuk dan diletakkan di atas para-para atau anyaman tali. Para-para tersebut ditempatkan di tepi kolam dengan tujuan untuk memudahkan induk jantan menyusun sarang telur. Pembuatan sarang berlangsung antara 1 hari – 2 minggu. Kualitas air media pemijahan ikan gurami di P4S Kopses adalah suhu 280 C, pH air 5,5, laju pergantian air 10-15% / hari dan ketinggian air kolam 40-60 cm.
Sarang yang berisi telur ditandai dengan adanya minyak di permukaan air, bau amis, adanya ikan predator menyerang dan induk berjaga-jaga. Selanjutnya untuk memastikan adanya telur di sarang dilakukan pengecekan dengan meraba lubang sarang, apabila sarang tertutup berarti terdapat telur. Pengambilan telur dilakukan dengan cara memegang sisi luar sarang paling bawah lalu menarik keluar secara perlahan-lahan. Kemudian ujung lubang dihadapkan keatas dengan posisi berdiri. Sikap hati-hati bertujuan untuk mencegah telur dalam sarang terlepas.

Kandungan minyak menyebabkan telur mengambang di permukaan air. Untuk mengurangi resiko kegagalan dalam penetasan telur, telur berwarna kuning keruh dibuang karena telur tersebut tidak akan menetas. Sarang yang telah terangkat dimasukan kedalam ember berisi air setengah volume dari ember, selanjutnya telur beserta sarang dibawa ke saung penyimpanan.

Ciri-ciri induk ikan gurami jantan dan betina
Ciri Fisik
Induk Jantan
Induk Betina
Kepala
Ada Benjolan
Lonjong
Bibir
Bagian Bawah Besar
Bagian bawah Kecil
Warna
Merah dan Hitam Terang
Realtif Terang
Ujung Sisik Ekor
Lurus
Cekung
Gerakan
Lincah
Lamban
Susunan Sisik
Normal
Membuka
Perut
Membentuk Sudut Tumpul
Membulat
Dasar sirip dada
Keputih-putihan
Gelap kehitam-hitaman
Dagu
warna kuning
keputih-putihan / coklat
Ciri-ciri induk jantan dan betina yang baik
Induk Jantan
Induk Betina
-    warna gelap
-    perut dekat anus lancip
-    susunan sisiknya teratur
-    gerakannya lincah
-    umur 4 – 7 tahun
-    warna terang
-    perut membulat
-    badan relatip panjang
-    susunan sisiknya teratur
-    umur 5 – 10 tahun



Gambar induk ikan gurame jantan


Gambar induk ikan gurame betina


Penetasan Telur

Sarang berserta telur akan diambil dari kolam pemijahan dan dipisahkan dengan cara mengambil sedikit demi sedikit sabut kelapa atau rajutan karung atau injuk yang menyelubungi telur. Telur dihitung memakai ciduk atau sendok makan untuk mengetahui berapa jumlah telur yang didapat dari tiap sarang. Setelah selesai dihitung, telur dimasukan kedalam bak penetasan ataupun akuarium.

Kepadatan telur dapat dihitung per satuan luas permukaan sesuai sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, didalam bak atau akuarium ditambahkan aerasi kecil agar telur tidak teraduk.

Telur gurame menetas dalam kurun waktu 41 jam. Larva yang baru menetas posisi badannya terbalik, yiatu bagian perut berada diatas, sedangkan bagian punggungnya dibawah. Selama empat sampai lima hari gerakan benih ikan gurami hanya berputar-putar, selanjut larva sudah dapat berenang secara normal.

Larva gurame menggunakan kuning telurnya sendiri yang banyak mengandung protein untuk membentuk jaringan tubuh baru, seperti tulang, sisik, sirip dan ekor. Sedangkan kadar protein pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, disamping faktor-faktor lain seperti kesesuaian kandungan asam amino antara pakan dengan ikan tersebut juga kompoisi pakan selain protein. Bila pakan dengan kadar protein tinggi tetapi serat kasarnya juga tinggi, maka pakan tersebut akan sulit dicerna menjadi makanan yang dapat diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan dan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan akan rendah.

Pendederan

Lama pemeliharaan benih tergantung pada target yang dikehendaki. Benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku di masyarakat), benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol), benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setara ukuran silet), dan benih berumur 160 hari dapat mencapai ukuran 6-8 cm (setara ukuran bungkus korek).

Pendederan dilaksanakan setelah larva berumur 12 hari. Perawatan yang dilakukan selama pendederan di bak atau akuarium antara lain pergantian air, penyiponan, pengambilan benih yang mati, serta pemberian obat.

Pergantian air dilakukan dengan menambah volume air dari ketinggian 21 cm menjadi 30 cm atau sekitar 40%. Selama pemasukan air, penyiponan dilakukan memakai selang air untuk membuang sisa makanan dan Feases benih yang ada dalam bak atau akuarium. Pergantian air dianggap selesai setelah air kelihatan jernih.

Pakan yang diberikan pada benih berupa daphnia sp. yang berukuran kecil dengan frekuensi pemberian 2 kali dalam 24 jam. Daphnia sp. dibiarkan agar tetap hidup Karena ikan gurame lebih cenderung suka mengejar makanannya.

Setelah berumur 22 hari, benih dipanen dari hapa / akuarium untuk ditempatkan di kolam pendederan. Sebelum digunakan, kolam dipupuk memakai pupuk kandang sebanyak 10 kg satu minggu sebelumnya. Tujuan pemupukan adalah untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah 4-5 hari air kolam dipupuk, perairan kolam akan dipenuhi diatome sehingga perairan terlihat berwarna kecoklatan.

Selain pakan alami, pakan buatan yang diberikan berupa pellet. Cara pemberiannya dengan menghaluskan pellet tersebut memakai blender. Hal itu dilakukan agar pakan dapat termakan oleh benih, karena sisa pakan yang tidak termakan akan mencemari perairan kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.

Hama dan Penyakit

Faktor utama terjadinya hama penyakit pada ikan secara tidak langsung adalah pada kolam itu sendiri. Kolam yang akan dengan mudah dijangkiti penyakit adalah kolam yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kolam yang banyak mengandung bahan-bahan organik yang berupa sampah domestik, sisa-sisa pemupukan dan pakan tambahan yang tertimbun di dasar kolam.
2. Pengairan kolam yang tidak lancar
3. Suhu yang terlalu tinggi
4. Penebaran ikan yang terlalu padat

Penyakit yang menyerang benih ikan gurame adalah ektoparasit jamur jenis Saprolegnia sp, parasit tersebut merupakan penyakit sekunder pada benih. Penyebab kematian diindikasikan karena pengaruh nonparasit. Gejala tersebut tampak pada perilaku benih yang selalu berenang ke permukaan kolam dan adanya benang-benang yang berwarna krem dan bergumpal menyerupai kapas pada tubuhnya, karena gumpalan tersebut diperkirakan benih mengalami gangguan saluran pernafasan.

Kondisi tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh benih lemah sehingga ektoparasit ikan lebih mudah menempel pada daerah tubuh tertentu dan akan menjadi sumber infeksi penyakit. Dalam budidaya ikan, penambahan vitamin C dalam diet dapat meningkatkan daya tahan toleransi terhadap kontaminasi lingkungan, stress dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap patogen. Dalam keadaan stress, kesehatan benih akan mudah terganggu akibat nafsu makan menurun dan akhirnya pertumbuhan terlambat bahkan mengalami kematian. Penanggulangan benih yang terserang parasit tersebut memakai bahan alami, seperti kunyit dalam bentuk serbuk. Sedangkan pengobatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan oxcytetraclin sebanyak 55 ppm selama satu kali dalam dua hari.

7. Pakan Ikan Gurame
1. Pakan alami hewani : Daphnia sp, Rotifera, Infusoria, Kutu Air, Artemia, Jentik Nyamuk, Cacing sutera
2. Pakan alami nabati : daun dan batang sente, daun talas/lompong/bolang, daun emprak, daun solempat, daun badur, daun pepaya kuning / kering, kecambah kacang hijau / kedelai, daun kangkung, daun sawi, daun kol, daun ubi jalar, dll
3. Pakan buatan : Pelet, Emulsi, Suspensi, Roti Kukus
4. Cara Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame :
- Umur 0 – 12 hari : tidak diberi pakan
- Umur 13 – 30 hari : Pakan alami hewani
- Umur 1 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 2 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 3 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 4 bulan : Pakan alami hewani, pellet kecil
- Umur 5 bulan : pellet besar, daun-daunan

Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam dilakukan dengan membuka pintu air keluar dan menutup pintu air masuk. Pengeringan dilakukan kurang lebih 3 hari atau ketika dasar kolam terlihat retak-retak. Tujuan pengeringan kolam ini adalah untuk mematikan bibit penyakit atau hama ikan kecil yang masuk secara tidak sengaja melalui pintu masuk dan nantinya akan mengganggu dalam proses pemijahan dan juga sebagai kompetitor dalam memperoleh makanan, serta untuk memberikan rangsangan alami bagi induk-induk yang sedang matang gonad. Bau yang muncul dari pengeringan tersebut terbukti mampu sebagai perangsang terutama pada ikan yang dipijahkan dengan memanipulasi lingkungan.

Perbaikan Kolam

Perbaikan kolam dilakukan dengan cara memperbaiki pematang yang bocor dengan jalan menambalnya. Tindakan ini sekaligus berfungsi untuk memusnahkan sarang hama yang terdapat disekitar pematang. Saluran air juga harus diperhatikan pada saat perbaikan kolam. Di dalam pengaliran kolam terdapat saluran-saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air (inlet) yang tentunya terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh sampah baik itu plastik maupun rumput, yang akan menyebabkan air yang mengalir tidak lancar atau terjadi penyumbatan total. Perbaikan kolam ini meliputi penggantian pemancang / tiang yang telah rusak, para-para / sarigsig, pergantian sosog / wadah serta ikatan wadah pada pemancang. Perbaikan ini bertujuan supaya pada saat pengisian air, wadah (tempat sarang) tidak hanyut atau mengapung, selain itu juga memudahkan pengontrolan telur (sarang) nantinya.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat kolam masih kering, dengan cara menebarkan kapur ke dasar dan dinding kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikan PH tanah dan air, mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara terbebas, mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air kolam, selain itu juga untuk membunuh ikan-ikan kecil dan crustacea. Perairan yang terlalu asam dapat menyerap fosfat yang merupakan nutrien penting sebagai bahan penyubur perairan sehingga kesuburan kolam akan terganggu.

Pemupukan

Setelah beberapa hari dari pengapuran dilakukan pemupukan yang berfungsi untuk menambah unsur hara yang nantinya akan menumbuhkan plankton sebagai pakan alami. Pemupukan dilakukan setelah kolam dialiri air terlebih dahulu. Ketinggian air pada saat pemupukan sekitar 40 cm. Setelah kolam dialiri air barulah pemupukan dilakukan, tujuannya untuk menghindari polusi udara di sekitar kolam yang di sebabkan oleh bau dari pupuk tersebut. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Karena pupuk tersebut lebih ekonomis dan tahan lama di perairan (tidak mudah terbawa arus) sehingga memungkinkan kesuburan perairan yang lebih stabil. Selain itu juga pupuk kandang (organik) akan mengalami penguraian yang menghasilkan unsur anorganik. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebarkan kolam dengan dosis pemberian 500 g/m2. Penyediaan pakan alami bagi larva, benih, dan induk merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pengembangan budidaya ikan. Pemupukan kolam dilakukan dengan cara menaruh karung yang berisi pupuk kandang. Bagian bawah kemudian dibuka dan bagian atasnya ditarik perlahan mengelilingi kolam agar pupuk tersebar merata atau ditebar secara langsung.

Analisa Usaha

Analisa Usaha Pemijahan Ikan Gurame Skala Kecil ;
A. Modal yang dibutuhkan :
1. Lahan dan Perlengkapan :
- Sewa lahan (12 bulan) 200 m x Rp.1.500 Rp. 300.000
Kolam induk 15 m, saung penetasan 30 m,
kolam pendederan 50 m, Kolam pemijahan 80 m,
kebun sente 25 m
- Alat / Perlengkapan Rp. 311.500

2 buah Sarigsig bambu Rp. 10.000
2 buah Sosog bambu Rp. 10.000
2 Bambu untuk tiang sarigsig Rp. 10.000
Karung Plastik/Sabut Kelapa Rp. 10.000
5 buah Bak plastik @ 12.000 Rp. 60.000
1 buah Ember plastik Rp. 5.000
1 Saringan teh Rp. 1.500
Paralon saluran keluar masuk air Rp. 40.000
3 buah Hapa halus @ 50.000 Rp. 150.000
3 buah Seser halus @ 5.000 Rp. 15.000


- Saung penetasan telur gurame 2 m x 3 m x Rp. 35.000 Rp. 210.000


Jumlah Biaya I Rp. 821.500

2. Biaya Produksi
- 10 Ekor Induk Gurame x @ 75.000 Rp. 750.000
- Pakan alami 2 Lbr daun sente x 10 x Rp. 50 x 365 hari Rp. 365.000
- Pakan Toko Dedak + Kuning telur
(dengan perbandingan 1 : 1 ) x @ Rp. 2000 x 4 priode Rp. 8.000
- Pakan Larva (Kuning Telur/Cacing Sutra/Indofeed)
Rp. 9.000 x 12 bulan Rp. 108.000
- Pakan (pellet) induk gurame Rp. 2.000 x 365 hari Rp. 730.000
Upah Pengolahan lahan 7 hari x Rp. 30.000 Rp. 210.000
- Upah Kerja Rp.20.000 x 12 bulan (2 paket) Rp. 240.000




Jumlah Biaya II Rp. 2.406.000

B. Hasil
1. Kemampuan indukan gurame bertelur mencapai 1.500 - 4000 butir telur.
2. Jika 1 indukan betina mampu bertelur rata-rata 2.500 butir dan dalam 1 tahun masing-masing bertelur 4 kali, maka untuk 8 ekor indukan betina menghasilkan telur 80.000 butir telur
3. Taruhlah tingkat kematiannya (mortalitas) 30 % dari mengangkat telur sampe benih ukuran biji kwaci, maka yang dipanen adalah 56.000 ekor
4. Jika harga benih umur 1 bulan (sebesar biji kwaci) Rp. 100 /ekor, maka penghasilan yang didapat Rp. 5.600.000-,-

C. Keuntungan
Rp. 5.600.000
Rp. 3.227.500

Rp. 2.372.500

- Rp. 2.372.500 : 12 Bulan = Rp. 197.708 pendapatan per bulan.


Ciri-Ciri Gurame Jantan Dan Betina

Ciri khas perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah benjolan di bagian kepala (dahi), bibir bawah tebal dan memerah pada saat birahi dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada serta bila bagian perut diurut ke arah genital dapat mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

Sedangkanpada ikan betina memiliki ciri-ciri sebaliknya.



Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri:
  1. ~ Pada bagian dasar sirip dada bewarna putih
  2. ~ Dagu bewarna kuning dan lebih tebal dari betina
  3. ~ Dahi terlihat menonjol
  4. ~ Ujung ekor rata

Sedangkan induk betina memiliki ciri-ciri:

  1. ~ Pada bagian dasar sirip dada bewarna kehitman
  2. ~ Dagu bewarna putih kecoklatan
  3. ~ Tonjolan dahi lebih rendah dari jantan
  4. ~ Pada bagian ujung ekor membulat.
Dalam pemijahan sebaiknya digunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan)


Fitoplankton Sebagai Pakan Alami Budidaya Ikan Air Tawar

Fitoplankton merupakan organisme yang berukuran renik, memiliki gerakan yang sangat lemah, bergerak mengikuti arah arus, dan dapat melakukan proses fotosintesis karena memiliki klorofil dalam tubuh. Fitoplankton sebagian besar terdiri dari alga (ganggang) bersel tunggal yang berukuran renik. Akan tetapi, beberapa jenis di antaranya ada juga yang suka membentuk koloni.

Organisme ini merupakan produsen primer di perairan karena dapat mengolah bahan-bahan anorganik yang ada di lingkungannya menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Perkembangbiakannya sangat cepat melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya dapat didorong dengan memperkaya kandungan bahan anorganik melalui pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik atau pupuk buatan.

Pupuk anorganik terdiri dari pupuk nitrogen (Urea, Za), pupuk fosfat (TSP, amofos), pupuk kalium (KC1), dan pupuk majemuk (NPK). Pupuk anorganik buatan pabrik terdiri dari bahan-bahan mineral sehingga dalam penggunaannya lebih cepat bereaksi dengan media budi daya dibandingkan pupuk organik. Jika takaran penggunaannya berlebihan, dapat mematikan fitoplankton yang dipupuk karena terjadi pengerutan cairan sel (plasmolisis).

Fitoplankton dapat tumbuh baik di kolam atau tambak yang tanah dasarnya lembek, kedalaman air sekitar 70—100 cm, dan kadar garam maksimum 25 ppt. Pertumbuhannya dapat dipacu dengan pemberian pupuk dasar yang terdiri dari pupuk kandang (1000 kg /ha), dedak (200 kg /ha), urea (40 kg /ha), dan TSP (30—40 kg/ha). Agar pertumbuhannya dapat berlanjut selama masa pemeliharaan ikan, secara berkala, misalnya seminggu sekali, kolam pemeliharaan fitoplankton perlu dipupuk ulang. Dalam pemupukan lanjutan ini, diberikan pupuk kandang (300 kg/ha), pupuk urea (20 kg /ha), dan TSP (10 kg/ha).

Fitoplankton sangat baik untuk makanan burayak dan benih ikan, udang, kepiting, serta kerang-kerangan. Selain disukai oleh ikan-ikan pemakan plankton, fitoplankton diperlukan juga oleh ikan-ikan dewasa seperti tambakan, mola, dan bandeng.

Beberapa jenis fitoplankton yang tumbuh di kolam atau ditambak antara lain anggota-anggota dari ganging hijau, misalnya Chlorella, Selanastrum, dan Scenedesmun. Contoh fitoplankton dari kelas Flagellata, seperti Chlamydomonas, Tetaselmis, Dnaliella, dan Isochrysis. Anggota Diatomeae contohnya Cyclotella, Synedra, Navicula, Nitzschia, Chaetoceros, dan Skeletonema.

Beberapa jenis fitoplankton tersebut dapat dibudidayakan secara intensif dan missal. Jenis fitoplankton yang telah dapat dibudidayakan antara lain Skeletonema, Chaetoceros, Tetraselmis, Dunaliella, Isochrysis, Chlorella, Nannochloropis, dan Spirulina.

Jenis Pakan Hijauan Alternatif Untuk Gurame


Ikan Gurame identik dengan daun sente. Di mana ada kolam gurame, maka di situ pasti ada tanaman sente. Pembudidaya yakin Alokasia macrorrhizos itu merupakan pakan wajib gurame. Bisakah fungsinya digantikan dengan tanaman lain?

          Jamak bagi pembudidaya gurame untuk menanam sente 2-3 bulan sebelum menebar benih gurame. Daun kerabat keladi itu merupakan pakan utama gurame. Pembudidaya gurame mewajibkan sente sebagai pakan utama dalam pembesaran gurame. Menurut informasi yang mereka ketahui, bahwa daun sente kaya serat yang dapat memperlancar proses pencernaan gurame.

Pemberian Tanaman Sente
Tanaman sente memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol yang terdapat pada tangkai dan daun sente. Kandungan senyawa tersebut dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit, terutama penyakit bisul dan mata belo.

Oleh karena itu, banyak pembudidaya yang mewajibkan pemberian pakan hijauan berupa tanaman sente. Pada saat pemberian sente ini sebaiknya dipisah antara daun dan tangkainya. Daun sente dapat diberikan secara langsung kepada ikan. Perlakuan pemberian tangkai terlebih dahulu diiris tipis agar tangkai dapat seluruhnya dimakan oleh gurame, mengingat cara makan gurame adalah menyabik makanannya.

Sente baik untuk diberikan sebagai pakan hijauan dan tambahan untuk menyiasati harga pakan pabrik yang makin mahal, tapi bukan yang utama. Apalagi kini sente makin sulit didapat. Para pembudidaya harus membeli daun sente dengan harga Rp250/lembar. Untuk 1.000 ekor gurame saja diperlukan sedikitnya 10 lembar daun sente. Oleh karena itu, masih ada tanaman lain yang bisa dijadikan pakan hijauan untuk gurame.

 Pakan Hijauan Alternatif 
Banyak pembudidaya gurame memberikan daun pepaya sebagai pakan hijauan pada gurame. Padahal daun pepaya tidak disarankan, karena kandungan getah papain tinggi yang dapat merusak kualitas air.

Pakan hijauan selain sente yang dapat diberikan pada gurame adalah :

a. Caisin. Pemberian caisin pada gurame tidak kalah dengan pemberian sente. Kesehatan gurame tetap terjaga dan pertumbuhan gurame tetap dapat tumbuh dengan baik. Jika dibandingkan harganya, harga caisin lebih terjangkau daripada harga sente.

b. Kangkung darat. Kangkung darat dapat ditanam pada pinggir kolam. Bahkan kangkung darat banyak ditemukan karena dapat tumbuh secara alami dengan sendirinya di pinggir kolam. Keuntungan menanam kangkung darat ini karena pertumbuhannya lebih cepat tumbuh daripada sente. Jika sente butuh tempat sedikit terlindung dan kelembapan tinggi untuk dapat tumbuh, kangkung darat adaptif di lingkungan tanpa naungan.

c. Kimpul atau talas. Kimpul atau talas (Xanthosoma violaceum) juga baik bagi gurame. Namun, lantaran bergetah, pembudidaya gurame sebaiknya melayukan daun kimpul sebelum memberikannya pada gurame.

Apa pun jenis dedaunan yang diberikan sebagai pakan hijauan, sebaiknya masih muda dan mudah dicerna. Pun, pemberian dedaunan itu sebaiknya tidak lebih dari 2% dari bobot tubuh per hari.

Cara Memperoleh Induk dan Benih Gurame yang Unggul




Untuk memperoleh induk unggul, sebaiknya dilakukan seleksi berdasarkan standar yang telah dibakukan.
Ada tiga cara yang umum dilakukan oleh pembudidaya ikan untuk mendapatkan induk yang baik dan unggul sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul pula. Ketiga cara tersebut adalah seleksi massal, seleksi individu dan seleksi ilmiah.
Ketiga cara tesebut tentu saja memiliki kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah ketiga cara memperoleh induk dan benih unggul :
a.    Seleksi Massal
Salah satu cara yang paling sederhana dan murah adalah dengan seleksi missal. Seleksi ini merupakan hasil pemijahan berbagai jenis induk ikan yang dimiliki.
Selanjutnya dipilih benih hasil pemijahan yang mempunyai keunggulan fisik seperti pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan benih lainnya, warna yang sesuai dengan induknya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul dari induknya.
b.    Seleksi Individu

Cara lain untuk memperoleh induk unggul adalah dengan seleksi individu, yaitu seleksi yang dilakukan secara individu atau ekor per ekor. Benih yang digunakan dipilih dari berbagai induk atau daerah. Selanjutnya dipilih benih yang terbaik, yaitu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan standar yang telah dibakukan, seperti tidak cacat fisik dan mempunyai sifat-sifat unggul yang diturunkan oleh induknya. Benih yang dihasilkan memiliki kriteria kuantitatif sesuai dengan tahap pemeliharaannya, yaitu p-I, P-II, P-III, P-IV dan P-V. untuk lebih jelasnya syarat benih yang dapat dijadikan calon induk dan diharapkan mempunyai keunggulan dibanding induk yang belum jelas asal keturunannya. Berikut ini adalah kriteria tersebut:
v  Larva : umur 10-12 hari, panjang total 0,75-1 cm, bobot minimal 0,03 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-I : umur 40 hari, panjang total 1-2 cm, bobot minimal 0,2 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-II : umur 80 hari, panjang total 2-4 cm, bobot minimal 0,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-III : umur 120 hari, panjang total 4-6 cm, bobot minimal 1,0 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-IV : umur 160 hari, panjang total 6-8 cm, bobot minimal 3,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-V : umur 200 hari, panjang total 8-11 cm, bobot minimal 7,0 gr, keseragaman ukuran > 80%
c.    Seleksi Alamiah

Seleksi alamiah terjadi secara kebetulan, yaitu benih yang dijadikan induk diperoleh dari induk-induk yang tidak jelas, tetapi mempunyai keunggulan sesuai standar baku, baik dari segi pertumbuhan maupun kriteria lainnya.
Benih semacam ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada kolam pemeliharaan. Umurnya tidak jelas, tetapi kualitas keturunan yang dihasilkan sangat baik. Baiknya kualitas dimungkinkan karena adanya perawatan yang lebih baik oleh induknya. 
 
 
 
Copyright © 2013. 'Azolla' Fish Farm - All Rights Reserved
Template Created by ThemeXpose