Games

Cara Budidaya Ikan Patin ( Lengkap )

Berbagai Jenis ikan perairan Air tawar memang lumayan banyak jumlahnya, dan selama ini masyarakat kita banyak yang memiliki hoby dan hoby tersebut juga menjadi salah satu bagian dari usaha mereka yang kiranya bisa dijadikan peluang. Saat sekarang Ikan Patin juga sudah dikenal dimana-mana khususnya di masyarakat Indonesia, dan sudah tersebar hingg sampai kepelosok di pedesaan, bahkan banyak yang menggemarinya. Postingan kali ini sengaja saya sajikan sebagai bahan Informasi dan merupakan Teknologie yang dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi siapa saja yang akan melakukan usaha budidaya khususnya ikan Patin.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Ikan patin ini merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki peluang ekonomi untuk dibudidayakan. Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi, karena pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.

Teknik budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.

Model Budi Daya Ikan Patin

Peluang usaha Budidaya Ikan Patin dapat dilakukan dalam dua bidang kegiatan yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran sebagai ikan konsumsi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan bibit ini cukup memiliki prospek yang bagus karena permintaan bibit juga cukup besar. Budidaya ikan patin sebagai persediaan bibit ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal bisa dipercepat. Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan saat bibit ikan patin memiliki berat 8-12 gram/ekor, dan setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Sebagian petani ikan patin memanen setelah usia 3 sampai 4 bulan karena permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya. Budi Daya Ikan patin sebagai bibit dan ikan konsumsi memiliki peluang usaha yang sama-sama menguntungkan, tergantung pilihan kita mana yang lebih memungkinkan.

Persyaratan Budidaya Ikan Patin

Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :

Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.

Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).

Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
PH air berkisar antara: 6,5–7.

Teknik Budidaya Ikan Patin

A. Pembibitan Ikan Patin
Pembibitan Ikan Patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain. Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Memilih calon induk siap pijah.
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang mengandung protein tinggi. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :

a. Induk betina
1. Umur tiga tahun.
2. Ukuran 1,5–2 kg.
3. Perut membesar ke arah anus.
4. Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
5. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
6. Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
7. kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.

b. Induk jantan
1. Umur dua tahun.
2. Ukuran 1,5–2 kg.
3. Kulit perut lembek dan tipis.
4. Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
5. Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.

2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,Biasanya ikan mas.
Hormon perangsang dibuat dengan menggunakan kelenjar hipofise ikan mas, kelenjar hipofise dapat ditemukan pada bagian otak ikan mas, berwarna putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan pinset. Setelah diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk sampai benar-benar halus dan lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang dapat dibeli di apotik.

3. Kawin suntik (induce breeding).
Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.

4. Penetasan telur.
Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air bersih dari sumur.

5. Perawatan larva.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau bak berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, bisa dalam ukuran yang lain. Setiap akuarium atau bak diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.

6. Pendederan.
Benih Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar atau bak dari semen, lebih bagus pada kolam lumpur karena mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.

7. Pemanenan.
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

B. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:

1. Pemupukan
Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m 2.

2. Pemberian Pakan
Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.

3. Penanganan Hama Dan Penyakit
Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

4. Pemanenan Ikan Patin
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000-25.000,-


Cara Pembenihan Ikan Gurame/ Gurami

Ikan Gurame (Osphronemus goramy) dikenal sebagai ikan air tawar yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat umumnya bahkan sampai diseluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan. Ikan Gurame ini merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici, berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat,Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia.


Mengingat ikan gurame ini enak dan lezat rasanya maka tidak heran jika perminataan dari para konsumen semakin banyak dan bertambah bahkan hingga kini Ikan gurami merupakan ikan yang cukup istimewa dan menjadi ikan faforit sebagai rajanya ikan air tawar.

Untuk postingan kita pada kesempatan ini penyuluh akan menjelaskan tentang Usaha Pembenihan Ikan gurami.

Kegiatan usaha pembenihan ikan Gurami ini memegang peranan penting dalam penyediaan benih yang akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi. Pada umumnya Kendala pembenihan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama dari larva hasil tetasan sampai benih ukuran 1 cm. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan penerapan teknik memelihara benih kecil (larva) dengan menggunakan akuarium, bak semen atau paso seperti halnya pada ikan hias. Dengan teknik ini maka semua tahap pembenihan mulai dari penetasan telur sampai pendederan benih dapat dikontrol secara efektif. Penggunan air dengan kualitas yang baik menjadi penunjang keberhasilan pembenihan gurami.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam usaha pembenihan khususnya ikan Gurame adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam untuk pemijahan induk ikan gurami meliputi :

a. Pengeringan kolam

Sebelum dilakukan pemijahan kolam perlu dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan kolam pemijahan sebaiknya dilakukan selama 2 – 3 hari. Adapun maksud dan tujuan dari pada pengeringan kolam ini adalah untuk:
1. Membunuh hama dan sumber penyakit yang terdapat pada kolam.
2. Menghilangkan nitrit yang ada di dasar kolam,
3. Memberikan suasana baru bagi induk ikan gurami yang akan dipijahkan, karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam air yang akan merangsang induk ikan untuk memijah, dan menumbuhkan kelekap (plankton) di pinggir-pinggir kolam sebagai persediaan pakan bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan.

b. Pembersihan

Sebelum pemijahan dilakukan Kolam juga perlu dilakukan Pembersihan termasuk pada pematang yang dimulai dari rumput-rumput liar agar tidak dijadikan tempat penempelan sarang telur oleh induk gurami atau tempat persembunyian hama pengganggu dan juga supaya bersih dari gangguan hama penyakit.

c. Pengisian air kolam

Pengisian air kolam ini dilakukan dengan ketinggian 70 – 100 cm, sehingga gurami memerlukan perairan yang airnya relatif dalam bagi pergerakannya tersebut.

d. Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang,

Memasang kerangka sarang dan bahan pembentuk sarang serta tidak jauh dari sosog, dibuat para-para dari bambu untuk meletakkan ijuk, sabut kelapa atau bahan sejenis yang dapat dijadikan sarang oleh induk gurami untuk memudahkan induk gurami membuat sarang dan meletakkan telur.

2. Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat 2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2 – 2,5 kg untuk betina Masa produksi optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun.

Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami :
a. Induk gurami jantan : dahi menonjol (nonong), dagu tebal (lebih menonjol), perut meruncing, susunan sisik normal (rebah) gerakan lincah.
b. Induk gurami betina : dahi lebih rata (tidak ada tonjolan), dagu tidak menebal, perut membundar, susunan sisik agak terbuka, gerakan agak lamban.

Kriteria kualitatif
a. Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan.
b. Bentuk tubuh : pipih vertikal.
c. Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.
d. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir

Kriteria kuantitatif
a. Umur : Jantan (24-30 bulan) dan betina (30-36 bulan)
b. Panjang standar : jantan (30-35 cm) dan betina (30-35 cm)
c. Bobot badan : jantan (1,5-2,0 kg)dan betina (2,0-2,5 kg)
d. Fekunditas : 1.500-2.500 butir/kg (betina)
e. Diameter telur : 1,4-1,9 mm (betina)

3. Pemijahan
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/ tanah, baik secara massal maupun berpasangan dengan sistem sekat. Kolam pemeliharaan induk sekaligus berfungsi untuk kolam pemijahan dengan kepadatan penebaran 1 ekor/m2. Untuk kegiatan pemijahan dapat menggunakan perbandingan induk jantan : betina = 1 : 3-4.
Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28% sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.
Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang.
Tempat sarang berupa keranjang plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk, sabut kelapa dll) yang telah dipersiapkan di atas permukaan kolam.

Sarang yang telah berisi telur dapat ditandai bila pada permukaan air di atas sarang terdapat lapisan minyak. Lapisan minyak tersebut berasal dari telur-telur yang pecah. Selain itu sarang yang telah berisi telur biasanya tertutup bahan sarang ( ijuk ) yang dibuat oleh induk jantan, dan induk jantan akan menjaga sarang tersebut. Sarang yang telah berisi telur dipindahkan ke dalam waskom atau ember untuk diambil telurnya dan selanjutnya memindahkan telur ke tempat penetasan.

4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bila sudah dipastikan bahwa sarang sudah berisi telur, maka sarang dapat dipanen untuk dipindahkan ke tempat penetasan telur. Panen dilakukan dengan mengangkat sarang secara hati-hati ke dalam ember yang berisi air kolam. Penggunaan air kolam dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah (sama) untuk mengurangi kematian telur.

Untuk membedakan telur yang hidup dan mati dapat dilihat dari warnanya. Telur yang hidup berwarna kuning cerah bening atau transparan, telur yag mati/rusak berwarna kusam, kuning muda agak keputih-putihan.
Telur mengalami kematian karena tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolegnia. Setelah terserang, telur mati akan membusuk dan akan mengganggu perkembangan telur yang hidup.

Wadah penetasan yang digunakan bisa berupa bak-bak atau ember plastik, paso, atau akuarium. Kepadatan telur 150-175 butir per liter. Wadah penetasan ini telah dipersiapkan 1-2 hari sebelumnya dengan diisi air kolam dan air bersih. Ketinggian air disarankan sekitar 20 cm, kemudian diberi larutan methylene blue sebanyak 1 cc/ liter untuk mensucihamakan air di wadah penetasan. Sehari sebelum telur dimasukkan, air dalam bak penetasan diaerasi terlebih dahulu agar cukup mengandung oksigen. Telur akan menetas dalam waktu 30 – 36 jam.

Setelah telur menetas, terbentuk larva yang masih mempunyai kantong kuning telur. Kuning telur akan habis 10 - 12 hari kemudian dan pada saat itulah larva mulai membutuhkan pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan..

Fitoplankton dan zooplankton merupakan pakan alami yang dapat diperoleh dengan cara memupuk kolam dengan pupuk kandang, misalnya kotoran ayam pedaging. Pakan selanjutnya yang diberikan pada larva adalah cacing sutera, dapat pula diberikan pelet yang dihaluskan, agar ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan

5. Parameter Kualitas Air
Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang Produksi Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :

a. Media pemijahan
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Laju pergantian air : 10 % - 15 % per hari

b. Media penetasan telur
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,7 – 8,6
3. Waktu penetasan telur : 36 – 48 jam
4. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

c. Media pemeliharaan larva
1. Suhu : 29ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,0
3. Ketinggian air : 15 cm – 20 cm

d. Media Pendederan Benih
1. Suhu : 25ºC - 30ºC
2. Nilai pH : 6,5 – 8,5
3. Ketinggian air : 40 cm – 60 cm
4. Kecerahan : > 30 cm


Cara Budidaya kepiting Bakau

Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah.

Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik dipasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani.

1. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN

Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :

a. Pemilihan Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :

1. Mutu air cukup baik
- Salinitas 15 - 30 ppt
- pHair 7 - 8
- Suhu 25 - 30 C
- Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan mudah terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting

b. Tempat Pemeliharaan

Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu, waring, maupun bak beton. Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu (karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu mengangkat karamba diwaktu panen.

c. Pemilihan Benih

Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting, sehingga kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.

d. Pengangkutan Benih

Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa menyebabkan kematian dalam jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar matahari. Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat tujuan biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat sudah ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan tanpa air. Wadah yang dipakai dalam pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting dalam posisi hidup. Wadah sterofoam dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat menyimpan benih sebanyak 100 - 150 ekor untuk benih yang diikat.Lakukan penyiraman sebanyak 2 - 3 kali penyiraman dengan air berkadar garam 10 - 25 ppt, selama pengangkutan 5 - 6 jam.

2. PENEBARAN

Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 - 300 gram per ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 - 25 kg atau sebanyak 60 - 70 ekor.

3. PEMELIHARAAN

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan tidak mengendap di dalam karamba. Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi / pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :

- Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
- Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
- Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat jumlah maka dalam tempo 10 hari
pertumbuhan kepiting bisa diketahui.

4. PEMANENAN

Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.

5. ANALISA USAHA

Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung biaya dan pendapatan dalam usaha penggemukan kepiting :

- Lama pemeliharaan 15 hari.
- Harga jual kepiting jantan Rp. 27.000,- dan kepiting betina Rp. 50.000,-
- Benih yang dibutuhkan 20 kg atau 60 ekor/keramba
- SR 75% atau 88 ekor, jantan 44 ekor atau 22 kg dan betina 44 ekor atau 22 kg dengan ukuran 1-2 ekor/kg.

ANALISALABA-RUGI

A. Biaya Investasi
-Pembuatan Karamba 2bh @ Rp.250.000 : Rp. 550.000
-Pembelian Peralatan : 50.000
Sub total A : Rp. 550.000

B. Biaya Operasional
- Benih 40 kg @ Rp. 19.000 : Rp. 760.000
-Pakan 150 kg @ Rp. 1.000 : Rp. 150.000
-Tenaga Kerja : 150.000
Sub total B : Rp.1.060.000

C. Penyusutan Modal 10% x A : Rp. 55.000

D. Total Biaya (B+C) : Rp.1.115.000

E. HasilPenerimaan
-Kepiting jantan 44 kg @ Rp. 27.000 : Rp. 594.000
-Kepiting betina44 kg @ Rp. 50.000 : Rp.1.100.000
Sub total E : Rp.1.694.000

F. Laba Operasional (E-D) : Rp. 579.000

G. Laba dalam 1 tahun (Fx12bln) : Rp.6.948.000

ANALISA BIAYA

1. Cash Flow{G+A} : Rp.7.498.000
2. Rentabilitas {F:(A+B)*100%)} : 46%
3. B/C Rati0 {E :D} : 1,5
4. Pay BackPeriod {(A+B) : (G+A) x 1tahun} : 3 bulan
5. Break EvenPoint {(C:(1 - (B:E)} : Rp. 146.956

Cara Budidaya Bandeng Di Tambak Air Payau/ Asam ( Hutan Bakau/ Mangrove )

Pengelolaan budidaya air payau (tambak) di Indonesia tidak bisa disamakan teknik pengelolaannya, ini disebabkan karena hampir 30 % lokasi tambak di Indonesia merupakan tambak tanah sulfat masam, karena itu pengelolaannya harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.

Tanah sulfat masam terdapat di sebagian besar Pulau Kalimantan, sebagian Pulau Sulawesi dan Pulau Sumatera.

Tanah sulfat masam adalah sedimen pantai yang mengandung suatu mineral yang disebut pirit (FeS2), biasanya sedimen dalam kondisi anaerob dan berada dibawah lapisan tanah pada kedalaman sekitar 30 cm yang tergolong tanah muda (alluvial) dari hasil endapan setelah terjadi banjir dan pasang tinggi, letak pertikal lapisan tanah yang mengandung pirit sampai dekat dengan muka laut rata-rata.

Pada saat terangkat untuk keperluan konstruksi pada budidaya udang dan ikan (pembuatan pematang, pengairan dan pengangkatan lumpur), maka pirit akan teroksidasi dan selanjutnya menghasilkan asam sulfat. Asam yang terlepas dari pirit menyebabkan kemasaman tanah, air tambak dan meningkatkan kelarutan logam yang beracun.

Secara umum bahwa tanah sulfat masam berada pada daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut, namun lebih khusus lagi pada daerah mangrove, rawa pantai, dataran pantai dan pada berbagai lahan basah yang dekat dengan laut dan muara sungai.

Tambak udang yang dibangun pada tanah sulfat masam biasanya menunjukan hasil panen yang rendah, kematian massal udang dan biaya pengelolaan yang tinggi, beberapa kegiatan budidaya gagal atau produktivitas rendah.

Dengan berbagai pendekatan praktis, tanah sulfat masam dapat diindentifikasi di lapangan, untuk membantu pelaku utama perikanan agar mereka dapat menentukan keberadaan tanah sulfat masam pada lahan mereka.

Tanah sulfat masam dapat menyebabkan berbagai masalah produksi antara lain; laju pertumbuhan udang/ikan rendah, kematian masal pada udang/ikan, adanya partikel besi pada insang, tingkat kepadatan alga yang bermanfaat rendah, kebutuhan kapur dan pupuk yang tinggi, kondisi stok udang/ikan yang rendah, kerusakan dan kebocoran pematang tambak, toksisitas hidrogen sulfida, suspensi partikel besi dalam air, pH rendah dan alkalinitas air yang rendah.

Jika pada lahan pelaku utama perikanan terdapat dua atau lebih masalah produksi tersebut, maka kemungkinan bahwa lahan tambak tersebut termasuk tanah sulfat masam. Beberapa indikator biologis dan indikator tanah yang menunjukan keberadaan tanah sulfat masam di daerah panta adalah :

Tumbuhan Nipah yang tumbuh pada daerah jangkauan pasang surut, menandakan bahwa tanah sulfat masam ada pada lahan.
Tanaman mangrove berupa kalipata/buta-buta, rambai, jeruju, beluntas dan pakis air/piai menandakan adanya sulfat masam.
Adanya gundukan tanah hasil buangan kepiting lumpur/undang ayu.
Rumput teki merupakan rumput rumputan yang lazim ditemukan dan sangat beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung tanah sulfat masam.
Hutan dengan komposisi vegetasi di daerah pantai dan estuarin juga kemungkinan mengandung tanah sulfat masam.
Jarosit mineral warna kuning terjadi bila tanah teroksidasi.
Warna abu-abu dari tanah hasil galian, merupakan ciri khas dari pirit (FeS2).
Rendahnya pH lapang dan pH setelah oksidasi.

Indikator biologis keberadaan tanah sulfat masam :

Jika pada lahan pertambakan telah ditemukan beberapa indikator seperti mangrove, nipah, jarosit, pH tanah

Langkah pengelolaan yang harus dilakukan, jika sudah diyakini kalau tambak yang dikelola adalah tambak sulfat masam, maka beberapa alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan :

Jika memungkinkan, bangun kembali pematang tambak dengan mencampurkan kapur pada tanah yang akan digunakan.
Hindari pengangkatan material dasar yang mengandung pirit ke atas pematang atau jika memungkinkan gunakan tanah yang bukan tanah sulfat masam.
Hindari penelantaran tambak dalam waktu yang lama, jika tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, biarkan tambak terus dalam kondisi tergenang.
Perhatikan aspek keteknikan dalam konstruksi pematang (tinggi, panjang, serta lebar pematang).
Gunakan tabel standart pengapuran untuk tanah sulfat masam dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) atau minta petunjuk dari instansi terkait.
Upayakan untuk menumbuhkan rumput atau vegetasi lain yang dapat membantu mengurangi oksidasi.
Gunakan pupuk dengan dosis yang sesuai beberapa hari setelah pengapuran untuk menjaga agar pupuk yang diberikan betul-betul dapat bermanfaat bagi pertumbuhan alga atau plankton yang bermanfaat.
Jika besi nampak pada air tambak, upayakan pembilasan untuk mengencerkan konsentrasi besi hidroksida yang berbahaya tersebut.
Perhatikan juga beberapa syarat teknis budidaya, misalnya kondisi dan sumber benur, aklimatisasi, pemberian pakan dan pengontrolan penyakit.

Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas sebelum pelaksanaan pemeliharaan, tambak tanah sulfat masam perlu dilaksanakan kegiatan pendahuluan yakni :

Remediasi.

Remediasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi unsur-unsur toksik di tanah atau di air tanah, prinsif remediasi adalah pengeringan tanah untuk mengoksidasi pirit, perendaman untuk melarutkan dan menetralisir keasaman atau menurunkan produksi keasaman lanjut, dan pencucian untuk membuang hasil oksidasi dan meminimalkan cadangan unsur-unsur toksik dalam tanah.

Sebelum tanah tambak sulfat masam diremediasi, pematang dan pintu air diperbaiki, tanah pelataran tambak dicangkul sedalam 20-30 cm agar permukaan tanah bertambah luas sehingga proses oksidasi lebih baik.

Pengeringan tanah pelataran tambak dilakukan selama 2 minggu atau lebih tergantung terik matahari, oleh karena itu disarankan agar pengeringan tanah tambak dilakukan pada musim kemarau dan kondisi surut rendah.

Selanjutnya tambak diisi air, usahakan air yang bersalinitas tinggi > 15 ppt dengan tinggi air sampai 50 cm. Biarkan tambak terendam selama 1 minggu dan air rendaman dibuang, selanjutnya diiisi kembali seperti tadi, kemudian dibuang kembali. Ulangi proses remediasi sebanyak 2 atau 3 kali sampai kondisi tanah sudah lebih baik.

Usahakan air rendaman dibuang pada saat surut rendah agar air rendaman yang mengandung unsur-unsur toksik dapat terbilas sempurna.

Apa hasil remediasi?; Pada saat tanah sulfat masam terjemur, terjadi oksidasi pirit dan pada saat direndam hasil oksidasi akan larut dalam air rendaman dan selanjutnya akan terbuang bersama air buangan. Dengan melakukan proses tersebut berulang kali, maka unsur-unsur toksik yang juga merupakan unsur penyebab kemasaman tanah dapat berkurang, akibatnya pH tanah meningkat ke netral (sekitar 6).

Dengan kondisi demikian, maka pupuk yang diberikan akan lebih efisien, sebab unsur hara akan lebih tersedia untuk pertumbuhan makanan alami seperti plankton dan klekap. Berkurangnya unsur-unsur toksik dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan, dengan melimpahnya makanan alami dan kualitas lingkungan yang lebih baik berdampak pada peningkatan produktivitas tambak, terutama tambak yang dikelola dengan teknologi tradisional dan teknologi madya.

Pengapuran

Tanah sulfat masam yang mengandung unsur-unsur toksik seperti Al, Fe dan Mn, dapat diatasi dengan pemberian kapur yang berfungsi; meningkatkan pH, mengurangi aluminium dan besi, meningkatkan ketersediaan unsur fosfor, kalsium dan magnesium, meningkatkan persentase kejenuhan basa dan memperbaiki total alkalinitas di air.

Pengapuran tambak tidak hanya dilaksanakan di pelataran saja, ternyata pengapuran pada pematang sangat berpengaruh terhadap pengurangan unsur-unsur toksik. Hasil penelitian menunjukan bahwa teroksidasinya senyawa pirit (FeS) yang paling intensif pada tambak tanah sulfat masam terjadi pada gundukan tanah hasil galian seperti; pematang tambak, gundukan tanah pada lubang kepiting lumpur (Thalassina anomala). Oleh karena itu pematang menjadi fukos perhatian dalam mengaplikasian kapur dibandingkan dengan dasar pematang yang senantiasa terendam selama kegiatan budidaya.

Kapur yang baik digunakan berupa kapur karbonat seperti kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2), Kapur oksida atau kapur tohor (CaO) dan kapur hidrat atau kapur tembok (Ca(OH)2. Biasanya dolomit dan kalsit yang lebih umum digunakan oleh petani tambak, kapur dolomit memiliki pengaruh lebih lama, mudah diperoleh, tidak meninggalkan residu dan kecepatan reaksi lebih lambat.

Penggunaan kapur biasanya berdasarkan nilai pH tanah dan tekstur tanah, dengan metode langsung disebar secara merata pada dasar tambak dan permukaan pematang. Metode lain yang telah diujikan adalah dengan menghitung kebutuhan kapur berdasarkan persentase sulfur yang dapat teroksidasi yang merupakan indikator potensi kemasaman pada tanah tambak sulfat masam. Metode ini terutama diperuntukan pada konstruksi awal pematang atau pada saat proses perbaikan pematang (kedok teplok), sedangkan untuk dasar tambak tetap mengacu pada metode disebar langsung secara merata.

Kebutuhan kapur tanah pematang berdasarkan nilai pH dan Sulfur (Spos)

pH
Spos (%)
Kg kapur/ton
Tanah yg dibutuhkan
Faktor aman=1,5
Perkiraan Biaya/meter
Lari pematang
(Rp.)
             


              0-3
0,02
0,94
1.110
0,03
1,4
1.654
0,06
2,8
3.308
0,10
4,7
5.552
0,20
9,4
11.104
0,30
14,0
16.538
>3-5
1,00
46,8
55.283
5,00
Biaya konstruksi tinggi
>5
>5,00
Tidak direkomendasikan
Sumber : BRPBAP Maros

Keterangan :

- Kg kapur yang dibutuhkan = kg CaCo3/ton material

- Biaya/meter lari = perhitungan untuk pematang lebar atas 1,0 m, tinggi 1,5 m dan lebar dasar 2,5 m lama aplikasi efektip 4 tahun; berat jenis = 1 g/cm3 atau volume 1 m lari pematang = 2,62 ton, harga kapur = Rp.450,-/kg.

- pHf = pH tanah yang diukur langsung di lapangan pHfox = pH tanah yang diukur di lapangan setelah ditambahkan hidrogen peroksida (H2O2)30 %.

Pembesaran komoditas perikanan di Tambak Tanah Sulfat Masam :

1. Udang Windu

Perbaikan tanah dengan cara remediasi yang meliputi pengeringan, perendaman, pencucian dan pengapuran dilakukan sebelum persiapan tambak. Pada tahap pengapuran, dosis kapur yang digunakan adalah 1.000-1.875 kg/ha.

Dalam persiapan tambak dilakukan pemberantasan hama dengan saponin 20 mg/l dan pemupukan urea dan TSP masing-masing 100 kg/ha. Selama pembesaran dilakukan penggantian air sebesar 40% dari volume pada saat pasang tinggi dan pemupukan susulan sebesar 10% dari pupuk dasar setiap 10 hari sampai pemeliharaan 2 bulan.

Pakan buatan dengan dosis 10-2% bobot badan/hari diberikan setelah pemeliharaan 2 bulan dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Dengan menebar tokolan udang windu (PL 35) rata-rata 12.850 ekor/ha, dapat diperoleh produksi rata-rata 176 kg/ha dengan sintasan 49% dan bobot rata-rata 28 g/ekor setelah dipelihara selama 102 hari.

2. B a n d e n g

Dalam persiapan tambak dilakukan pengeringan tanah sampai retak-retak, pemberantasan hama dengan saponin dosis 20-30 mg/l, pemupukan urea dan TSP masing-masing 100-200 kg/ha.

Sebelum persiapan tambak dilakukan perbaikan tanah melalui remediasi, padat penebaran yang diterapkan 6.000 ekor/ha. Pergantian air dilakukan setiap menjelang pasang tinggi, pemupukan susulan dilakukan 10 hari setelah penebaran dengan dosis 10% dari dosis pupuk dasar sampai pemeliharaan bandeng berumur 2 bulan.

Pemberian pakan berupa pellet dilakukan pada umur 2 bulan hingga panen dengan dosis pakan yang diberikan 10-2% dari bobot badan/hari yang diberikan 3 kali/hari. Setelah pemeliharaan selama 120 hari diperoleh produksi 1.270 kg/ha dengan sintasan 92 % dan bobot rata-rata 230 g/ekor.

3. Nila

Setelah remediasi tanah, dilanjutkan dengan pemberantasan hama dengan saponin dosis 20-30 mg/l, pengapuran pada dasar tambak dengan dosis 2 ton/ha dan pematang tambak 0,5 kg/m. Pemupukan urea dan TSP masing-masing dengan dosis 100-200 kg/ha. Tinggi air tambak dipertahankan antara 80-100 cm.

Nila jantan (kelamin tunggal) dengan bobot rata-rata 6 g/ekor ditebar dengan kepadatan 6.000 ekor/ha. Pemberian pakan tambahan berupa pellet dilakukan setelah persediaan pakan alami di tambak tidak mencukupi. Dosis pakan yang diberikan 20-2% bobot badan/hari yang diberikan 2 kali/hari. Produksi nila merah setelah dipelihara selama 120 hari mencapai 415 kg/ha.

4. Kepiting Bakau

Tambak terlebih dahulu dipasangi pagar bambu pada bagian dalam pematang setinggi 1,25 m diatas pelataran tambak dan 50 cm tertanam pada dasar tambak. Setiap petak diberi ban bekas 10 buah/1.000 m2 sebagai pelindung.

Dalam persiapan tambak dilakukan pemberantasan hama dengan saponin dosis 20 mg/l, pengapuran dosis 2 ton/ha, pemberian pupuk urea dan TSP masing-masing 200 kg/ha dan 100 kg/ha.

Kepiting bakau dengan berat awal 28 g/ekor ditebar dengan kepadatan 1 ekor/m2. Rasio jantan : betina 1 : 1. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah kering sebanyak 5% berat badan/hari. Pergantian air dilakukan setiap hari sekitar 10% dari volume total secara gravitasi

Pengapuran sebanyak 2 kg/m2 pematang ditebar merata pada pematang, dilakukan setiap 2 minggu. Berat kepiting bakau setelah dipelihara selama 98 hari dapat mencapai 166 g/ekor


Cara Budidaya Ikan Dengan Jaring Tancap

Salah satu upaya budidaya yang dikembangkan yaitu budidaya ikan dengan jaring tancap (pen culture). Budidaya ikan dengan model pen culture merupakan sIstem budidaya ikan dalam bentuk kandang yang terbuat dari jaring yang ditunjang oleh patok kayu atau bambu.

Sistem budidaya ikan ini bisa diterapkan pada lahan-lahan tergenang akibat adanya intrusi air laut. Pengembangan pen culture diprioritaskan pada lahan yang tergenang dan sulit untuk digunakan untuk tambak.


Kelebihan-kelebihan jaring tancap:

    1. Dapat diterapkan pada lahan yang tergenang (tidak produktif).
    2. Biaya yang digunakan relative sedikit.
    3. Pengelolaan lebih mudah dan praktis.

Tujuan budidaya ikan dengan model pen culture.

    1. Untuk memanfaatkan lahan-lahan tergenang yang tidak produktif akibat interusi air laut.
    2. Meningkatkan produksi ikan dan produktivitas lahan.
    3. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

Persyaratan Lokasi

Pemilihan lokasi yang digunakan untuk budidaya dengan jaring tancap antara lain:

    1. Lahan tergenang yang tidak bisa dimanfaatkan (lahan sawah yang tergenang atau terintrusi air laut dengan kadar garam 0 – 30 ppt)
    2. Tinggi genangan 50-80 cm
    3. Lokasi tidak tercemar bahan yang membahayakan ikan.

Pembuatan jaring tancap

Bahan yang digunakan :

    1. Jaring (mesh size 0,75 – 1 cm)
    2. Bambu
    3. Paku
    4. Tali plastik

Cara Pembuatan

    1. Lokasi dipetakan untuk ukuran jaring tancap misalnya untuk 1 unit jaring tancap berukuran 50 m x 50 m dibutuhkan 2 piece jaring.
    2. Patok bambu ditancapkan pada batas keliling dengan jarak 1 m, dengan ketinggian 100 cm.
    3. Pasang jaring dengan cara mengikat pada patok dengan tali dan dipaku. Benamkan jaring pada tanah dasar (diusahakan tidak terjadi kebocoran)
    4. Pemasangan jaring dicek lagi untuk memastikan tidak terjadi kebocoran.
Pengelolaan budidaya

Sebelum ditebar benih, sebaiknya dipupuk dengan pupuk organik. Tujuannya untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton, klekap, lumut dan ganggang.

Jenis ikan yang dibudidayakan dengan cara pen culture adalah ikan-ikan yang dapat beradaptasi pada air tawar dan air payau dan mampu memanfaatkan potensi pakan alami di lahan. Beberapa jenis ikan diantaranya yaitu ikan nila dan bandeng. Benih yang ditebar ukuran gelondongan agar tidak lolos jaring.

Kepadatan ikan yang ditebar disesuaikan dengan ketersediaan pakan alami dan jenis ikan. Untuk jaring tancap ukuran 50 m x 50 m ditebar benih ikan bandeng sebanyak 2.500 ekor. Penebaran dilakukan pada saat suhu udara rendah yaitu pagi hari atau sore hari. Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi (penyesuaian dengan kondisi lingkungan air yang baru).

Kualitas air pemeliharaan  :

Salinitas                   : 0 – 30 ppt
pH                           : 7,2 – 8,5
Oksigen terlarut        : 3 – 7 ppm
Suhu                        : 28o – 33oC
NH3                         :
H2S                          :


Pemeliharaan

Selama pemeliharaan tidak diberi pakan pellet karena mengandalkan ketersediaan pakan alami. Namun bila pakan alami berkurang, perlu diberi pakan tambahan berupa lumut, ganggang, mata lele (Azollae sp), dan lain-lain.

Pemberian pakan tambahan diusahakan tidak berlebihan karena dapat menimbulkan pembusukan dan untuk efisiensi biaya. Untuk mempertahankan makanan alami dapat dilakukan pemupukan susulan dengan jumlah ½ dari dosis pemupukan pertama.

Pengontrolan selama pemeliharaan antara lain sebagai berikut :

    1. Mengontrol jaring agar tidak terjadi kebocoran
    2. Mengontrol kualitas air (kadar garam, suhu, pH dan lain-lain).
    3. Mengontrol air dari pencemaran.
    4. Mengontrol keamanan jaring tancap.

Panen

Lama pemeliharaan untuk budidaya bandeng sekitar 4 – 5 bulan atau apabila ikan sudah mencapai berat sekitar 100-150 gram. Panen dilakukan dengan menggunakan jaring tarik.

Analisa Usaha

BIAYA TETAP:

    Biaya pembuatan jaring tancap :


        1. Jaring 2 piece @Rp 400.000,-     :   Rp     800.000,-
        2. Bambu 10 buah @Rp 15.000,-    :   Rp     150.000,-
        3. Paku 4 kg @ Rp 15.000,-            :   Rp       60.000,-
        4. Tali plastik 2 kg @ Rp 40.000,-    :   Rp       80.000,-
        5. Tenaga 3 orang @ Rp 40.000,-     :   Rp     120.000,-
                                                                     Rp 1.210. 000,-

    Penyusutan jaring tancap (10%): Rp   121.000,-

    BIAYA TIDAK TETAP:

    Benih ikan bandeng 2.500 ekor
      @ Rp 200,-                                         : Rp     500.000,-
          1. Pupuk organik 40 kg @Rp 1000,-: Rp      40.000,-
          2. Tenaga kerja 1 orang 4 bulan         : Rp 1.000.000,-
                                                                     Rp 1.540.000,-

      TOTAL BIAYA

      Biaya tetap                                   :Rp     121.000,-
      Biaya tidak tetap                          : Rp 1.540.000,-
                                                               RP 1.661.000,-

      Pendapatan

      Estimasi produksi dan pendapatan

      -        Ukuran panen 8 ekor/kg
      -        Tingkat kehidupan 80%
      -        Produksi = 90% x 2.500 : 8 = 250 kg
      -        Pendapatan : 250kg x Rp14.000,- = Rp 3.500.000,-

      Keuntungan

      Keuntungan         = Pendapatan – Biaya
                                    =Rp 3.500.000,- -Rp 1.661.000,-
                                    = Rp 1.839.000,-


      Cara Budidaya Lele Dengan Media Jaring Apung

      A. Persiapan Jaring :

      http://www.azolla.web.id/2015/01/cara-budidaya-lele-dengan-media-jaring.html
          1. Pembuatan jaring apung dengan menggunakan waring yang dijahit dengan  ukuran 10 m3.
          2. Kolam dipasang pada sawah yang tergenang dengan menggunakan bambu sebagai tiang panjangnya
          3. Kolam terpal sebaiknya diberi naungan sekitar 25-50% dari luas jaring untuk mengurangi suhu panas pada siang hari.

      B. Penebaran Benih :

      Syarat benih :

          1. Gerakannya lincah, berkualitas
          2. Tidak cacat atau luka di tubuhnya.
          3. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit.
          4. Besarnya kurang lebih seragam.

      Cara penebaran benih :

          1. Waktu penebaran yang baik yaitu pagi atau sore hari (suhu rendah).
          2. Setelah benih sampai lokasi, segera dilakukan aklimatisasi (penyesuaian dengan air kolam). Caranya wadah diapungkan dalam kolam selam sekitar 15 menit. Setelah itu air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit dalam wadah benih.
          3. Setelah kondisinya sama maka benih dibiarkan keluar sendiri.
          4. Padat penebaran lele 100-200 ekor/m2.

      C. Pemeliharaan

          1. Ikan lele  dapat diberikan pakan berupa pellet yang mempunyai kadar protein tinggi    ( + 30 %). Bila menggunakan pakan pellet buatan pabrik biaya yang dikeluarkan akan tinggi, sehingga keuntungan rendah, maka dapat diberikan pellet buatan atau pakan alternatif lainnya misal : ikan rucah, keong/bekicot, limbah peternakan, dan lain-lain.
          2. Waktu pemberian pakan sebaiknya selalu tepat setiap harinya. Pakan dapat diberikan        2-3 kali sehari atau lebih.
          3. Jumlah pakan yang diberikan per hari 5-10 % ukuran kecil dan 3-5 % untuk ukuran  remaja sampai panen.
      http://www.azolla.web.id/2015/01/cara-budidaya-lele-dengan-media-jaring.html

      Contoh jumlah pakan yang diberikan :

      Misalnya jumlah ikan 2000 ekor dan berat rata-rata 20 gram, pemberian pakan 5 % maka jumlah pakan per hari adalah : 2000 ekor X 20 X 5% = 2 kg
      (diberikan 3 kali : pagi, siang, malam).

      Sortir ikan juga dilakukan pada saat ikan berumur 1 bulan agar pertumbuhan ikan bisa maksimal dengan cara memisahkan ikan yang berukuran besar ke kolam lain.

      Contoh jumlah pakan yang diberikan :

      Misalnya jumlah ikan 2000 ekor dan berat rata-rata 20 gram, pemberian pakan 5 % maka jumlah pakan per hari adalah : 2000 ekor X 20 X 5% = 2 kg
      (diberikan 3 kali : pagi, siang, malam).

      D. Pengendalian Hama dan Penyakit

      Dalam pengendalian hama dan penyakit, maka cara pencegahan (preventif) adalah yang terbaik yaitu mengantisipasi terjangkitnya penyakit dan serangan hama.

      Hama :

      Jenis hama yang sering memangsa lele diantaranya : ular, lingsang, burung, dan lain-lain.

      Cara pengendaliannya dengan memberi pagar pengaman di sekeliling kolam atau memasang jaring pada bagian atas dan samping kolam.

      Penyakit :Penyebab penyakit disebabkan oleh :

          1. Lingkungan yang jelek.
          2. Parasit (sumber penyakit ) yang memungkinkan menyerang ikan.
          3. Kondisi ikan yang tidak sehat atau kurang daya tahan tubuhnya.

      Sumber penyakit antara lain : bakteri, virus, parasit, jamur dan parasit lainnya.

      Cara mencegah penyakit antara lain dengan menjaga kualitas air tetap baik, memberi pakan yang cukup dan penebaran benih unggul.
      Karena lingkungan sekitar merupakan sentra produksi batik tentu rawan sekali perairan ini akan tercemar oleh limbah sehingga kelompok membuat komitmen dengan warga sekitar untuk tidak mengalirkan limbahnya kesawah yang dibudidayakan lele ini sebagai pencegahan masuknya sumber penyakit.

      E. Panen

          1. Dilakukan setelah ikan mencapai ukuran 8-12 ekor/kg (berat 80-120 gram)
          2. Cara panen dengan mengangkat jaring dengan bambu yang digeser sehingga ikan lele terkumpul dan kemudida diserok dengan seser.
          3. Panen dapat dilakukan panen sebagian(  parsial ) atau panen total.

      F. Analisa Usaha

      1. BIAYA TETAP :

      a. Penyusutan kolam                            :      Rp       25.000
      b. Penyusutan peralatan                              :           Rp       20.000
                                                                              Rp       45.000

      2. BIAYA TIDAK TETAP :
      a. Benih lele 4-6, 2.000 e @ Rp 125     :      Rp.       250.000
      b. Pakan pelet 180 kg @ Rp 9.000,-    :      Rp.    1.620.000
      c.  Biaya lain-lain                                   :      Rp.      50.000
                                                                           Rp.    1.920.000      

      3. PENDAPATAN :
      a. Lele ukuran 10 ekor/kg ( SR 90%)
      90% X 2.000 : 10  X Rp. 15.000        :      Rp      2.700.000

      4. KEUNTUNGAN :
      Keuntungan =  Pendapatan–( Biaya Tetap+Biaya Tidak Tetap)
                     = Rp  2.700.000  – ( Rp 45.000 + Rp 1.920.000 )
                     = Rp 735.000,-                    

      5. KELAYAKAN USAHA

          R/C     =  Rp. 2.700.000 / Rp. 1.920.000

                     =  1,4   ( layak )


      Budidaya Udang Dan Bandeng Sistem Polikultur



      TEKNIS BUDIDAYA

      LOKASI

      Persyaratan umum untuk tambak polikultur ini antara lain sebagai berikut :

          1. Tersedia sumber air laut dengan salinitas antara 15-30 ppt.
          2. Keadaan pasang surut sampai ke lokasi tambak ( untuk sirkulasi air).
          3. Jenis tanah lebih baik yang kandungan pasirnya cukup.
          4. Kandungan bahan organik tidak terlalu tinggi/pekat.

        Persyaratan khusus untuk polikultur antara lain sebagai berikut :

            1. Jenis tanah : liat berpasir atau pasir berlumpur.
            2. Salinitas : 15-30 ppt ( ideal 20-25 ppt).
            3. Suhu air : 25 – 30o C.
            4. pH : 7-9
            5. Kedalaman air : 30-80 cm.
            6.; Kecerahan 40-50 cm (ada sinar masuk).
            7. Oksigen terlarut : 4-8 ppm.



        PERSIAPAN TAMBAK


        Kegiatan dalam persiapan tambak antara lain:

            1.Pengeringan dasar tambak (sekaligus dilakukan perbaikan pematang, caren, pelataran dan pintu air).
            2.Pengapuran, bila pH tanah dibawah 6,5 (asam).
            3.Pemberantasan hama dengan saponim 50 kg/Ha.
            4.Pemupukan, untuk meningkatkan kesuburan tambak dengan Urea 50-75 kg/Ha, SP-36 25-30 kg/Ha dan pupuk organik sekitar 1 ton/Ha.
            5.Diisi air dengan salinitas 15-30 ppt secara bertahap 30 cm sampai ketinggian 80 cm.

        BENIH IKAN DAN BIBIT RUMPUT LAUT

        Persyaratan benih ikan / udang  :

            1. Gerakannya lincah.
            2. Tidak cacat atau luka di tubuhnya.
            3. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit.
            4. Ukuran relatif seragam.

        Persyaratan bibit rumput laut Glacillaria :

            1. Warna coklat cerah.
            2. Umur 1- 1,5 bulan.
            3. Bebas dari kotoran, hama dan tanaman pesaing (lumut).

        TEKNIK PENEBARAN

            1. Bibit Glacillaria ditebar merata di seluruh petakan tambak (broadcast), rakit apung dan diikat pada tali (long line)
            2. ½ bulan kemudian gelondongan bandeng dan oslahan udang ditebar. Waktu penebaran yang baik yaitu pagi atau sore hari dengan dilakukan aklimatisi.

        PEMELIHARAAN

        Monitoring air :
        • @ Meliputi kegiatan mengukur kadar garam, suhu, pH, pengaruh pencemaran, dll.

        Pergantian air :
        • @ Dilakukan minimal 2 kali setiap minggu. Tujuannya untuk menambah nutrien dan membuat arus yang akan merangsang pertumbuhan rumput laut.

        Perataan bibit  rumput laut :
        • @ Glacillaria sp di potong-potong dan disebarkan merata agar berkembang.

        Pengendalian hama dan pesaing :

            1. Hama (ikan-ikan liar) diberantas dengan obat yang aman.
            2. Pesaing (lumut sutera) dikurangi dengan penebaran bandeng.

        Pemupukan susulan :
        • @ Pemupukan susulan dengan Urea 50 kg/Ha.

        PANEN DAN PASCA PANEN

        Rumput laut Glacillaria sp mulai dipanen pada umur 4 bulan, selanjutnya setiap 2 bulan dapat dilakukan panen. Penanganan  rumput laut dicuci untuk menghilangkan kotoran.. Dilakukan penyeleksian untuk memisahkan rumput laut yang baik. Dijemur di atas para/waring selama 2-3 hari sampai kering dilakukan pengepakan dan penyimpanan  
        •     @ Bandeng dan udang dipanen setelah mencapai ukuran 8-6 ekor/kg dan udang ukuran 50-70 ekor/kg.


           
          Copyright © 2013. 'Azolla' Fish Farm - All Rights Reserved
          Template Created by ThemeXpose